Buat Baju Seksi Berlafaz Allah, Brand Fashion Ini Tuai Hujatan
Pencitraan merek fashion high end asal Australia, yakni Not A Mans Dream, kini tengah menjadi sorotan perbincangan yang kritis menyusul kontroversi yang timbul akibat penggunaan kata Allah pada beberapa pakaian mereka yang ditampilkan dalam acara mode Melbourne Fashion Festival akhir pekan yang lalu.
Berita yang disampaikan oleh SBS Australia melaporkan bahwa kata tersebut diaplikasikan sebagai bagian dari motif pada sejumlah item koleksi, termasuk jumpsuit tanpa lengan dengan bahan transparan.
Teks Arab yang tertulis melintasi tubuh model yang mengenakan jumpsuit tersebut memiliki makna 'Allah berjalan bersamaku' (اللهيمشيمعي).
Selain itu, model tersebut juga menutupi kepala, leher, dan telinganya dengan kain yang sama, yang beberapa orang anggap sebagai representasi hijab.
Pada model-model lainnya, terlihat juga mereka mengenakan pakaian serupa, seperti gaun midi berlengan pendek dengan belahan pada paha, yang menggunakan kata yang sama. Meskipun rambut mereka tertutup, perbedaannya adalah mereka menggunakan kain putih polos.
Dalam respons atas kejadian ini, pihak penyelenggara festival, Melbourne Fashion Festival, telah mengeluarkan permintaan maaf dan menghapus foto-foto terkait dari platform media sosial mereka.
"Kami di festival tidak bermaksud untuk tidak menghormati siapa pun, dan kami meminta maaf atas segala ketidaknyamanan yang mungkin kami sebabkan," demikian pernyataan dari mereka.
Samantha Saint James, desainer busana di balik Not A Man's Dream, juga turut mengeluarkan permintaan maaf atas kontroversi yang timbul akibat desainnya tersebut. Dia mengakui bahwa baru menyadari desainnya menimbulkan kontroversi dan menegaskan bahwa tidak ada niatan untuk menghina agama.
"Tujuan saya sebenarnya adalah sebaliknya, dan karena itu, saya sungguh-sungguh meminta maaf," ungkap James.
Seorang blogger mode Muslim, Mona Khalifa, yang turut hadir dalam acara tersebut, menyatakan ketidaknyamanannya atas desain tersebut.
Khalifa membagikan video di platform TikTok saat dalam perjalanan pulang dari acara tersebut, menyebut desain tersebut sebagai "penghinaan terang-terangan" terhadap Muslim dan Kristen Arab yang memiliki kata yang sama untuk 'Tuhan'.
"Menggunakan kata suci dan menulis 'Allah' dalam bahasa Arab, yang merupakan suci bagi umat Islam dan umat Kristen Arab, adalah tidak pantas dalam banyak aspek," katanya.
Seorang pengguna TikTok yang mengidentifikasi dirinya sebagai Kristen Arab juga menyatakan kekecewaannya terhadap pakaian tersebut.
"Sebagai seorang Kristen Arab, ini sangat mengganggu, mengapa 'Allah' harus ditampilkan dengan kain tembus pandang?" tulisnya.
Khalifa menegaskan bahwa istilah 'Allah' sangatlah suci dan harus diperlakukan dengan penuh sensitivitas dan perhatian di dalam komunitas Muslim.
Tidak hanya itu, Badan Imam Nasional Australia, melalui Bilal Rauf, juga menanggapi insiden ini dengan menyatakan bahwa penggunaan kata-kata dan simbol-simbol agama harus dilakukan dengan penuh hormat.
"Penggunaan kata-kata dan simbol-simbol yang berhubungan dengan agama harus dilakukan dengan penuh hormat. Sangat menyedihkan melihat peningkatan penggunaan simbol-simbol suci dan kata-kata yang sembrono belakangan ini," kata Rauf, seperti yang dilaporkan oleh The Age.
"Allah adalah istilah untuk Tuhan dalam bahasa Arab, digunakan oleh orang-orang Kristen berbahasa Arab dan umat Islam di seluruh dunia. Tidak pantas jika kata seperti itu digunakan dengan tidak hormat seperti yang terjadi di Melbourne Fashion Festival," tambahnya.
Mendesain baju dengan bijak adalah kunci untuk menciptakan pakaian yang tidak hanya menarik secara visual, tetapi juga menghormati nilai-nilai sosial, budaya, dan lingkungan. Seiring dengan berkembangnya kesadaran akan dampak industri fashion terhadap lingkungan, penting bagi para desainer untuk mempertimbangkan aspek keberlanjutan dalam setiap tahap proses desain mereka.
Hal ini termasuk memilih bahan-bahan ramah lingkungan, mengurangi limbah produksi, dan memperhatikan praktik produksi yang etis.
Selain itu, mendesain dengan bijak juga melibatkan penghormatan terhadap keragaman budaya di seluruh dunia. Setiap budaya memiliki warisan fashion dan tradisi uniknya sendiri, yang sering kali mencerminkan nilai-nilai dan identitas masyarakatnya.
Para desainer harus menghargai dan memahami keanekaragaman ini, serta menghindari apropriasi budaya yang dapat mengurangi nilai-nilai budaya asli.
Dengan mengadopsi pendekatan yang sensitif terhadap keberagaman budaya, para desainer dapat menciptakan pakaian yang merayakan keindahan dan kekayaan budaya dari berbagai belahan dunia.
Komentar Pedas