Kontroversi Paket Wisata Berburu Beruang Kutub Senilai 43.000 Dolar As Di Kanada
Aktivitas berburu beruang kutub memicu kontroversi di Kanada, namun masyarakat adat menegaskan mereka tidak membutuhkan orang luar untuk mengajari cara hidup yang benar.
jalanviral.com - Ottawa — Aktivitas berburu beruang kutub kembali memicu perdebatan panas di Kanada. Perusahaan wisata Huntin’ Fool tengah menjadi sorotan setelah menawarkan paket perjalanan berburu beruang kutub senilai 43.000 dolar AS di kawasan Lingkar Arktik pada tahun 2026. Paket tersebut bahkan mencakup kesempatan untuk berburu hewan lain seperti walrus.
Dalam laman resmi mereka, perusahaan menampilkan foto-foto wisatawan tersenyum di samping bangkai beruang kutub hasil buruan. Mereka mempromosikan kegiatan itu sebagai pengalaman unik di salah satu kawasan alam liar terakhir di dunia.
“Bersiaplah untuk pengalaman berburu yang tak terlupakan di Arktik, ditemani pemandu lokal berpengalaman yang akan memastikan Anda tidak melewatkan momen apa pun,” tulis perusahaan dalam keterangan resminya.
Proses berburu dilakukan menggunakan perahu, kereta luncur, atau anjing penarik. Setelah menemukan beruang, pemburu dan pemandu akan mendekat dengan berjalan kaki. Para peserta dilengkapi senapan bertenaga tinggi, dan bila ingin membawa pulang kulit serta tengkorak beruang, mereka harus membayar tambahan sekitar 5.000 dolar AS.
Pihak Lokal vs Aktivis Internasional
Huntin’ Fool mengklaim telah beroperasi lebih dari 25 tahun di wilayah utara dan memiliki hubungan erat dengan masyarakat adat Inuit. Mereka juga mengelola perburuan lain seperti caribou, muskox, serigala Arktik, hingga beruang cokelat.
Namun, organisasi perlindungan hewan PETA mengecam praktik ini. Mimi Bekhechi, Wakil Presiden PETA untuk wilayah Inggris dan Eropa, menyebut perburuan trofi sebagai “tindakan haus darah” dan menyerukan pemerintah Inggris untuk menutup celah hukum yang memungkinkan pemburu membawa pulang bagian tubuh hewan.
“Hanya orang dengan mentalitas terganggu yang mau ikut dalam kegiatan seperti ini,” tegas Mimi.
Kasus Dua Fotografer Turki
Isu ini makin ramai sejak Mei lalu, ketika fotografer asal Turki, Suha Derbent dan Murat Uslu, mengunggah video protes saat berada di Arctic Bay, Nunavut. Mereka mengecam perburuan beruang kutub sebagai praktik tidak adil.
Video itu memicu kemarahan masyarakat Inuit setempat. Komunitas menilai kritik dari orang luar mencerminkan ketidakpahaman budaya dan tradisi mereka. Nooks Lindell, salah satu warga lokal, menegaskan:
“Kami tidak butuh orang luar memberi tahu bagaimana cara hidup. Inuit sudah lama hidup selaras dengan alam. Jika ada masalah, itu urusan kami, bukan orang luar.”
Sistem Perizinan dan Manfaat Ekonomi
Di wilayah Nunavut, perburuan beruang kutub diatur ketat melalui sistem kuota tahunan yang diberikan kepada organisasi pemburu lokal. Mereka yang menentukan apakah kuota dipakai untuk keperluan berburu subsisten atau berburu wisata.
Paul Irngaut, Wakil Presiden Nunavut Tunngavik Inc., menjelaskan bahwa berburu trofi memberikan manfaat ekonomi nyata bagi komunitas.
“Seluruh masyarakat mendapat keuntungan, dari penjahit pakaian pemburu hingga daging yang dibagi untuk warga,” katanya.
Ia juga mengingatkan agar komunitas lebih berhati-hati terhadap wisatawan asing dan meminta mereka memahami budaya Inuit sebelum memberi penilaian.
Ketegangan dengan Wisatawan
Kepala operator lokal Arctic Bay Adventures, Chris Mitchell, menyatakan aturan memang melarang wisatawan mendekati area perburuan. Kedua fotografer Turki itu, katanya, sempat mencoba mendekat ke tepi es, sehingga diminta untuk mundur. Setelah mendapat kritik dari komunitas, mereka akhirnya menghapus video tersebut dan meminta maaf.
Polemik berburu beruang kutub ini menunjukkan benturan antara tradisi lokal dan aktivisme internasional. Untuk mengikuti perkembangan terbaru tentang isu lingkungan, perburuan satwa, hingga kebijakan Kanada di wilayah Arktik, ikuti liputan selengkapnya hanya di jalanviral.com
Random image image widget
Komentar Pedas