jalanviral.com - Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza kembali memburuk setelah Israel melanjutkan rangkaian serangan udaranya yang menargetkan gedung-gedung tinggi di wilayah padat penduduk. Pada Senin (8/9/2025), Menara al-Ruya di kawasan Rimal, Kota Gaza, runtuh rata dengan tanah usai dihantam bom udara.

Sehari sebelumnya, pejabat pertahanan sipil Gaza melaporkan lebih dari 50 bangunan hancur total akibat gempuran, sementara 100 bangunan lainnya rusak sebagian. Di antara yang terdampak terdapat hunian bertingkat tinggi yang menjadi tempat tinggal ribuan warga sipil.

Pemerintah Israel menyatakan bahwa bangunan-bangunan tersebut digunakan oleh milisi Hamas sebagai pusat komando. Namun klaim itu kembali menuai kontroversi, karena hingga kini tidak ada bukti kuat yang disertakan. Hamas membantah tudingan tersebut dan menegaskan bahwa Israel hanya mencari alasan untuk memperluas serangan terhadap penduduk sipil.

Pertarungan narasi ini semakin menambah ketegangan di tengah situasi yang sudah sangat rapuh. Bagi komunitas internasional, pertanyaan utama tetap sama: sejauh mana serangan yang menargetkan infrastruktur sipil dapat dibenarkan dalam kerangka hukum perang?

Bagi warga Gaza, kehancuran gedung-gedung tinggi berarti hilangnya tempat berlindung. Banyak keluarga dipaksa mengungsi ke lokasi-lokasi yang semakin terbatas, di tengah kondisi keterbatasan pasokan pangan, air bersih, dan layanan kesehatan. Organisasi kemanusiaan internasional memperingatkan bahwa situasi ini berpotensi berkembang menjadi krisis pengungsian berskala besar.

Serangan terbaru ini menambah tekanan diplomatik terhadap Israel, dengan sejumlah negara menyerukan gencatan senjata segera. Sementara itu, para analis menilai bahwa strategi meruntuhkan gedung-gedung tinggi bisa menjadi bagian dari upaya Israel untuk melemahkan daya tahan masyarakat Gaza sekaligus memberi pesan politik kepada Hamas.