Pakaian Hanum Mega Disebut Terlalu Seksi, Begini Penampilannya
Penampilan Hanum Mega, seorang janda yang kini lebih ekspresif, menjadi sorotan netizen. Setiap foto yang diunggahnya kerap mendapatkan kritikan.
Baru-baru ini, Hanum Mega mengunggah foto dirinya yang mirip dengan karakter Ariel Disney, dengan caption "Stay strong, your story isn't over with" (Tetap kuat, ceritamu belum berakhir). Namun, netizen tidak segan-segan mengomentari bahwa pakaian yang dikenakan Hanum terlalu terbuka.
Salah satu netizen bahkan menyindir tentang seseorang yang seharusnya bercerai dan mengubah hidupnya menjadi lebih baik, namun malah semakin tidak menjaga auratnya. Komentar tersebut tentu saja membuat Hanum geram dan langsung memberikan balasan.
Hanum merasa keberatan dengan komentar netizen yang menuduhnya mengundang nafsu dengan pakaian yang dikenakannya. Ia pun mempertanyakan, bagaimana dengan orang-orang yang tidak berstatus janda tapi tetap memakai pakaian seksi? Apakah mereka juga dinilai buruk oleh netizen?
Dalam konteks ini, Hanum mengungkapkan bahwa bercerai bukanlah tanda buruk bagi seseorang. Setelah bercerai, banyak orang yang mencoba memperbaiki iman dan hidup mereka.
Namun, yang terjadi justru sebaliknya, beberapa wanita yang sebelumnya tidak berhijab justru semakin terbuka setelah bercerai.
Hanum pun bertanya, apakah para netizen melihat para janda sebagai orang yang buruk dan buruk penampilannya?
Hal ini menunjukkan betapa sensitifnya netizen dalam mengomentari penampilan seseorang. Kritikan yang dilontarkan dapat membuat orang merasa terhina dan tidak percaya diri.
Meskipun Hanum berusaha tetap kuat dan percaya pada dirinya sendiri, tidak semua orang bisa begitu. Netizen seharusnya lebih bijak dalam memberikan komentar dan memperhatikan dampaknya terhadap seseorang.
Menurut TS, netizen seharusnya tidak memiliki hak untuk mengatur pakaian orang. Setiap individu memiliki kebebasan untuk berekspresi dan menentukan cara berpakaian sesuai dengan kepercayaan, budaya, dan nilai-nilai mereka.
Tidak ada satu pun pihak, termasuk netizen, yang memiliki wewenang untuk memaksa orang lain mengenakan pakaian tertentu atau mengikuti norma tertentu dalam berpakaian.
Penting juga untuk diingat bahwa cara berpakaian seseorang tidak mencerminkan kepintaran, kebaikan, atau moralitas mereka. Tindakan kriminal seperti pencurian, pembunuhan, atau pemerkosaan dilakukan oleh orang dari berbagai latar belakang, tidak peduli bagaimana mereka berpakaian.
Oleh karena itu, menilai seseorang berdasarkan pakaian yang mereka kenakan adalah sebuah generalisasi yang tidak adil. Apalagi yang sering jadi sasaran adalah perempuan.
Selain itu, tidak ada korelasi antara cara berpakaian seseorang dengan pelecehan seksual. Mayoritas korban pelecehan justru mengenakan pakaian yang tertutup. Pelecehan seksual adalah tindakan yang murni dilakukan oleh niat pelaku, bukan karena pakaian yang dipakai korban.
Oleh karena itu, menyalahkan korban atau mengkritik cara berpakaian mereka adalah suatu bentuk victim-blaming yang tidak pantas. Keputusan berpakaian adalah hak setiap individu dan tidak tergantung pada opini orang lain.
Jadi, apakah netizen berhak mengatur pakaian orang? Jawabannya adalah tidak. Setiap individu memiliki hak untuk memutuskan pakaian yang ingin mereka kenakan. Netizen seharusnya menghormati kebebasan individu dan tidak mencampuri kehidupan pribadi seseorang dengan mengatur cara berpakaian mereka.
Mari kita saling menghormati dan menerima perbedaan dalam hal berpakaian, karena itu adalah bagian dari kebebasan individu yang perlu dijunjung tinggi.
Komentar Pedas