Ketahuan Bawa HP, Santriwati Ini Dipaksa Hancurkan HP nya Sendiri, Gak Ada Cara Lain
Pesantren merupakan salah satu tempat di mana anak anak mendapatkan pelajaran dan ilmu agama Islam.
Dengan berada di pesantren, anak-anak diharapkan dapat menyerap banyak ilmu mulai dari akhlak dan budi pekerti. Selain itu, pelajaran agama di sini juga dapat dilakukan secara intens dibandingkan dengan sekolah biasa.
Seorang santri atau santriwati biasanya akan tinggal di asrama selama masa-masa pesantren. Hal ini supaya para pengajar dan pihak-pihak pesantren bisa mengawasi perilaku para santrinya.
Sehingga nantinya, mereka akan keluar atau lulus sebagai orang yang berkualitas tidak hanya dalam hard skill tapi juga soft skill khususnya pengetahuan agama.
Demi terciptanya kualitas tersebut, tak heran jika banyak pesantren yang menetapkan aturan-aturan ketat yang berlaku. Hal ini diharapkan dapat menjadi salah satu pedoman dan pengontrol moral para santri dan santriwati di dalamnya. Sehingga pesantren dapat membentuk pola pikir dan perilaku para santri sesuai dengan ajaran Islam.
Pengaruh dari luar juga biasnaya sangat dihindari oleh pesantren. Hal ini supaya peserta didik mereka tetap terjaga dan tidak terpengaruh hal-hal yang tidak berhubungan dengan ajaran Islam.
Salah satu bentuknya adalah larangan membawa handphone. Karena kita tahu, di zaman ini handphone bisa menjadi hal yang banyak memberi pengaruh khususnya lewat internet.
Aturan dilarang membawa handphone ini sudah banyak diterapkan di berbagai pesantren. Dan bila ketahuan membawa handphone, maka akan ada sanksi dan hukuman yang siap datang.
Seperti yang terjadi pada salah satu pesantren berikut ini. Di mana seorang santriwati terlihat menghancurkan handphone dengan palu disaksikan dengan teman-temannya.
Kabarnya, handphone yang dihancurkan itu adalah handphone miliknya. Santriwati itu terciduk membawa handphone dan sebagai hukuman ia harus menghancurkan handphone miliknya sendiri dengan menggunakan palu. Tidak hanya itu, ia juga mengalungkan sebuah kertas bertuliskan “TOBAT BAWA HP” di dadanya.
Tidak bisa disembunyikan raut wajah sedih santriwati itu kala menghantamkan palu ke handphone-nya hingga hancur. Ia dipaksa melakukannya dan dipaksa melihat handphone-nya perlahan-lahan hancur oleh tangannya sendiri. Hal itu merupakan konsekuensi yang harus diterima oleh si santriwati karena telah membawa handphone ke pesantren.
Di satu sisi, menurut TS hal ini wajar dilakukan apabila memang sejak awal ada kesepakatan dan si santriwati dengan sadar menerima adanya aturan ini. Karena di mana kita berada, kita harus ikut aturan.
Begitu pun kata beberapa netizen yang merasa hal ini sudah biasa di pesantren dan memang sudah jadi resiko jika bandel melanggar aturan.
Oke, dari sisi aturan TS setuju santriwati ini melanggar dan pantas dihukum. Tapi dari segi aturan, haruskah sampai dihancurkan seperti itu? Kan bisa diamankan atau dipanggil orang tua. Apakah konsep mubazir dalam agama ini hanya berlaku pada makanan? TS sampai sekarang tidak setuju dengan adanya aturan larangan membawa handphone ke pesantren.
Salah satu penyebabnya karena maraknya pencabulan yang dilakukan kalangan pengajar di pesantren yang lama terungkap. Kenapa? Karena para santriwati ini tidak punya akses untuk melapor ke orang tua atau mungkin bikin thread di X wkwk. Santri seakan dikekang dari dunia luar dan terserah para pengajar mau ngapain mereka.
Komentar Pedas