Peristiwa itu terjadi seusai pertandingan cabang taekwondo, di mana atlet asal Korea Selatan berhasil menyabet medali emas, sementara rekannya dari Korea Utara meraih medali perak. Alih-alih sekadar berjabat tangan, kedua atlet itu tampak asyik berinteraksi, bahkan beberapa kali tertawa bersama.

"Kami memang lawan di lapangan, tapi kami tetap saudara. Kami ingin menunjukkan bahwa olahraga dapat mempersatukan kita semua," ungkap atlet asal Korea Selatan, Kim Yuna.

Pemandangan yang memukau penonton itu seolah menjadi pengingat akan potensi olahraga sebagai alat diplomasi. 

Di tengah perseteruan politik yang seringkali membelah Korea, momen ini menjadi titik terang bagi upaya perdamaian dan rekonsiliasi di Semenanjung Korea.

Presiden Komite Olimpiade Internasional, Thomas Bach, yang menyaksikan langsung adegan itu, menyatakan rasa bangganya. "Ini merupakan manifestasi nyata dari semangat Olimpiade - mengabaikan perbedaan dan bersatu dalam persaudaraan olahraga."

Momen ini pun tak luput dari sorotan media internasional. 

Foto dan video kedua atlet yang berselfie itu viral di media sosial, menjadi bukti nyata bahwa olahraga mampu menjembatani jurang pemisah antara Korea Selatan dan Korea Utara.

Olimpiade Paris 2024 sekali lagi menunjukkan kemampuan olahraga dalam mempromosikan nilai-nilai universal seperti perdamaian, persahabatan, dan saling menghormati. Momen atlet Korea Selatan dan Korea Utara itu diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi mendatang untuk terus mengukir sejarah baru melalui capaian di bidang olahraga.