Revolusi Generasi Z di Bangladesh: Protes Kuota PNS Memicu Perubahan Pemerintahan
Demo besar besaran di Bangladesh menjadi sorotan dunia karena menggulingkan Perdana Menteri yang berusia 76 tahun, Sheikh Hasina, sebagai pemimpin dari generasi boomer. Aksi demonstrasi ini didominasi oleh mahasiswa-mahasiswi berusia 18 hingga 23 tahun, sehingga disebut sebagai "Revolusi Gen Z".
Protes ini berawal dari tuntutan pembatalan sistem kuota perekrutan pegawai negeri sipil (PNS) bagi keluarga pejuang. Sistem kuota ini dianggap diskriminatif dan menguntungkan pendukung partai penguasa Liga Awami, sehingga menjadi cara Hasina untuk melanggengkan kekuasaannya.
Kemarahan para demonstran semakin memuncak akibat meningkatnya angka pengangguran, minimnya lapangan kerja, dan ekonomi yang melemah di Bangladesh.
Aksi damai berubah menjadi kerusuhan yang menewaskan sekitar 300 orang, dengan pasukan keamanan menggunakan peluru karet dan para demonstran membawa tongkat.
Hasina menyalahkan oposisi dan memutus internet di seluruh negeri, namun hal itu tidak menghentikan semangat demonstran.
Mereka terus menuntut Hasina untuk mundur, bahkan sampai menyerbu Istana PM di Dhaka. Akhirnya, Hasina pun menyerah dan melarikan diri ke luar negeri.
Setelah Hasina mundur, suasana berubah menjadi kekacauan. Para demonstran membakar beberapa bangunan, termasuk Museum Peringatan Bangabandhu dan Kantor Liga Awami. Polisi dan militer juga dituding melakukan tindakan kekerasan terhadap demonstran.
Meskipun situasi memburuk, para demonstran tetap bersemangat untuk mewujudkan perubahan. Mereka tidak ingin Bangladesh kembali dipimpin oleh sosok fasis atau yang didukung militer, dan berharap Nobel Perdamaian Muhammad Yunus dapat menjadi pemimpin negara itu.
Komentar Pedas