Aktivitas warga pun menjadi terganggu akibat keberadaan kutu busuk yang telah menyebar ke tempat-tempat yang sering didatangi banyak orang.

Seperti dilansir Korea Herald, Senin (6/11), Lee, seorang warga Kota Daejeon, mengaku belakangan ini susah tidur, karena tubuhnya digigiti kutu busuk saat berada di rumah sepulang kerja.

"Tubuh saya menjadi sangat gatal sehingga saya kesulitan tidur," ungkap Lee.

Sementara itu, pihak berwenang di Seoul sedang berjuang untuk mengendalikan penyebaran kutu busuk, karena total 17 serangan kutu busuk telah dilaporkan di tujuh distrik Seoul pada Minggu (5/11).

Seoul menyiapkan dana sebesar 500 juta won atau sekitar Rp5,9 miliar untuk mencegah penyebaran kutu busuk, terutama di fasilitas yang rentan dalam hal kebersihan. Sebagai bagian dari inisiatif ini, pemerintah kota akan membagikan daftar periksa kepada warga untuk mengetahui apakah mereka mengalami serangan kutu di wilayah tersebut.

Situasi itu membuat perusahaan pembasmi serangga di Korsel saat ini kebanjiran pekerjaan untuk memberantas kutu busuk. Warga juga mencari cara untuk membasmi kutu busuk dari tempat tinggal mereka.

Permintaan pembasmian kutu busuk di Korsel juga melonjak hingga empat kali lipat dibandingkan dengan tahun lalu.

"Sebelumnya, permintaan karantina kutu busuk fokus terhadap rumah-rumah dengan kondisi kehidupan yang sulit. Namun, baru-baru ini permintaan membasmi kutu busuk meluas sampai ke hotel dan motel," kata salah satu perwakilan perusahaan pembasmi serangga di Korsel.

Daejeon, salah satu kota yang paling parah terkena wabah kutu busuk di Korsel berupaya mengatasi masalah salah satunya dengan mendistribusikan buku membasmi kutu busuk ke penduduk.

Kutu busuk yang telah mewabah dianggap sangat sulit untuk diberantas. Warga diminta memeriksakan tubuh dan pakaian mereka secara rutin demi menghindari penyebaran kutu busuk lebih meluas.