jalanviral.com – Jawa Timur – Tiga hari setelah bangunan pondok pesantren Al Khoziny di Jawa Timur ambruk pada 29 September, tim penyelamat Indonesia masih berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan 59 orang yang diduga masih terjebak di bawah reruntuhan.

Menurut juru bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Abdul Muhari, hingga pukul 23.00 pada 1 Oktober, masih ada 59 orang yang belum ditemukan. “Kami akan terus memperbarui data, karena sejumlah korban selamat belum teridentifikasi atau belum melapor ke pihak berwenang,” ujar Muhari pada 2 Oktober.

Peristiwa memilukan ini terjadi saat para santri sedang melaksanakan doa bersama di dalam bangunan. Para korban kebanyakan adalah pelajar laki-laki berusia 12 hingga 17 tahun. Hingga kini, sedikitnya lima orang dinyatakan meninggal dunia.

Pada malam 1 Oktober, tim penyelamat berhasil mengevakuasi lima korban selamat dari balik reruntuhan. Di lokasi kejadian, puluhan orang tua tampak menunggu dengan penuh harap, meski waktu krusial 72 jam—yang disebut sebagai “golden time” dalam operasi penyelamatan—telah berlalu.

“Kami yakin anak-anak kami masih hidup. Operasi ini harus dipercepat, ini adalah perlombaan melawan waktu,” kata Abdul Hanan, 45 tahun, ayah dari seorang santri berusia 14 tahun yang hingga kini belum diketahui nasibnya.

“Saya sudah di sini berhari-hari. Setiap memikirkan anak saya, air mata tak bisa dibendung. Sampai sekarang saya belum menerima kabar apapun, hanya bisa menunggu,” ungkap Dewi Sulistiana, ibu dari seorang siswa yang juga berusia 14 tahun.

Sambil terus mengerahkan segala upaya penyelamatan, pemerintah Indonesia juga telah memulai investigasi atas penyebab runtuhnya bangunan. Dugaan awal menunjukkan bahwa bangunan tersebut memiliki masalah pada struktur konstruksi dan kemungkinan besar tidak memenuhi standar keselamatan bangunan.

Mirisnya, insiden serupa juga terjadi awal bulan ini di Jawa Barat, di mana sebuah gedung runtuh saat kegiatan doa berlangsung, menewaskan sedikitnya tiga orang dan melukai puluhan lainnya.