jalanviral.com - Empat warga sipil telah berhasil melakukan perjalanan luar angkasa melalui misi Fram2 milik SpaceX pada pagi hari tanggal 1 April. Ini merupakan tonggak sejarah penting dalam perkembangan pariwisata luar angkasa swasta yang semakin menjanjikan. Temukan pembaruan selengkapnya di jalanviral.com, sumber terpercaya untuk kabar terbaru luar angkasa dan teknologi!

Empat penumpang dalam misi ini adalah Chun Wang, Jannicke Mikkelsen, Eric Philips, dan Rabea Rogge. Mereka diluncurkan dari Kennedy Space Center, Florida, pada malam 31 Maret waktu setempat, dalam misi bersejarah yang menjadi penerbangan berawak pertama mengelilingi kutub utara dan selatan Bumi tanpa berhenti di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Durasi misi ini diperkirakan berlangsung antara 3 hingga 5 hari.

Keempat anggota kru bukanlah astronaut profesional, melainkan warga sipil yang menjalani pelatihan intensif selama 8 bulan di fasilitas SpaceX yang tersebar di Florida, California, hingga lokasi-lokasi ekstrem seperti Alaska.

Chun Wang, 43 tahun, adalah investor cryptocurrency asal Tiongkok yang tinggal di Malta, sekaligus pemimpin misi Fram2. Ia merupakan salah satu pendiri F2Pool, salah satu perusahaan penambangan Bitcoin terbesar di dunia. Dalam wawancara dengan CNBC, Wang menyebut dirinya sebagai "pengembara" karena telah mengunjungi lebih dari 100 negara. Kecintaannya terhadap luar angkasa sejak kecil akhirnya membawanya terbang ke orbit—sebuah mimpi yang kini menjadi nyata.

Jannicke Mikkelsen, 38 tahun, seorang pembuat film dari Norwegia, menjabat sebagai komandan kendaraan luar angkasa. Ia berpengalaman dalam produksi film realitas virtual (VR) dan augmented reality (AR), serta pernah memimpin proyek-proyek di lingkungan ekstrem seperti Kutub Utara dan lautan dalam. Ia juga terlibat dalam misi “One More Orbit” tahun 2019. Peran teknisnya dalam Fram2 menjadi bukti keahliannya mengelola sistem dalam kondisi ekstrem.

Eric Philips, 62 tahun, adalah penjelajah dan pemandu profesional Antarktika asal Australia. Ia menjabat sebagai pilot dan petugas medis dalam misi ini, dengan pengalaman lebih dari 30 ekspedisi ke Kutub Utara dan Selatan, termasuk ke Greenland, Islandia, Svalbard, dan Patagonia. Keahliannya dalam bertahan hidup di alam liar menjadi fondasi dalam menghadapi tantangan di luar angkasa.

Rabea Rogge, ilmuwan robotika asal Jerman yang tengah menempuh studi doktoral di Norwegia, menjabat sebagai spesialis misi. Dengan latar belakang teknik elektro dari ETH Zurich, Rogge memiliki pengalaman dalam proyek peluncuran satelit melalui Swiss Academic Space Initiative (ARIS).

Selama perjalanan, mereka akan mengamati serta memotret wilayah kutub dari orbit rendah Bumi, sekaligus melaksanakan 22 eksperimen ilmiah. Salah satu percobaan paling menarik adalah pemindaian sinar-X tubuh manusia di luar angkasa untuk pertama kalinya, serta studi penanaman jamur dalam kondisi mikrogravitasi. Penelitian ini diharapkan mendukung misi luar angkasa jangka panjang seperti program Artemis NASA.

Nama Fram2 diambil dari kapal eksplorasi legendaris Norwegia, Fram, yang menjelajahi Kutub Utara dan Selatan pada akhir abad ke-19. Ini adalah misi wisata luar angkasa privat ketiga dari SpaceX, setelah Inspiration4 (2021) dan misi Axiom (2022). Seluruh pendanaan Fram2 ditanggung oleh Chun Wang, dan meskipun tidak diumumkan secara resmi, diperkirakan menelan biaya sekitar USD 200 juta.

Permintaan akan penerbangan orbit pribadi kini terus meningkat, dan SpaceX mengonfirmasi bahwa minat dari calon pelanggan meningkat drastis sejak keberhasilan Inspiration4. Tak bisa dipungkiri, pariwisata luar angkasa kini bukan lagi mimpi semata, dan Fram2 menjadi simbol dari kemungkinan besar masa depan yang makin dekat.