Atalarik Syah Buka Suara dan Mengklarifikasi soal Kemarahan Tsania Marwa
Perseteruan antara Atalarik Syah dan mantan istrinya, Tsania Marwa, terus memanas. Setelah berbagai curhatan dan pengungkapan perasaan Tsania Marwa di media sosial, kini Atalarik Syah memberikan tanggapannya terhadap situasi tersebut.
Dalam sebuah wawancara yang diunggah di saluran YouTube SCTV, Atalarik Syah berbicara tentang perasaan Tsania Marwa terhadapnya.
Dia merasa bahwa semua curahan hati Tsania di media sosial adalah "sampah," dan dia menegaskan bahwa dia bukan seorang ahli psikologi yang bisa menilai atau memahami secara mendalam perasaan Tsania Marwa.
"Itu (unggahan) semua sampah. Saya bukan orang yang memiliki kemampuan itu (menilai). Saya bukan yang belajar psikologi," ujar Atalarik dikutip dari YouTube SCTV, Kamis (02/11/2023).
Salah satu poin utama perselisihan antara keduanya adalah hak asuh anak. Tsania Marwa telah mengungkapkan kesulitan bertemu anak-anaknya, bahkan pada hari ulang tahun mereka. Dia saat ini hanya bisa melihat anak-anaknya di sekolah.
Atalarik Syah menjelaskan bahwa dia telah membagi waktu dengan adil untuk kedua anaknya. Baginya, merawat anak-anak adalah tanggung jawab yang harus diemban dengan penuh perhatian, termasuk waktu berkualitas bersama mereka.
"Anak-anak ini adalah tanggung jawab saya untuk membagi waktu dengan mereka, untuk memberi mereka waktu berkualitas dan belajar bersama," ungkap Atalarik Syah.
Dia menegaskan bahwa dia tidak takut dengan Tsania Marwa dan bahwa perannya dalam menjaga anak-anak tidak dipengaruhi oleh masalah pribadi mereka.
Atalarik Syah juga menyampaikan keyakinannya bahwa anak-anak adalah pihak yang paling terdampak dalam konflik ini.
Dia meminta Tsania Marwa untuk tidak mencoba memainkan peran korban dan mengalihkan perhatian dari fakta bahwa anak-anaklah yang paling terpengaruh dalam situasi ini.
"Pesan saya adalah bahwa anak-anak adalah korban, jadi jangan berpura-pura sebagai korban utama di sini. Tidak, korban terbesar adalah anak-anak," tegas Atalarik Syah.
Dalam situasi yang kompleks ini, perasaan dan perspektif kedua belah pihak perlu dihormati. Mungkin saja dalam beberapa kesempatan mendatang, mereka dapat mencari jalan keluar yang lebih damai dan konstruktif untuk kepentingan bersama, terutama untuk kesejahteraan anak-anak mereka.
Komentar Pedas