Awal Mula Antraks Gunungkidul Sapi Sudah Dikubur Disembelih Lalu Dikonsumsi
Kasus antraks yang melanda Kabupaten Gunungkidul beberapa waktu lalu membuat heboh masyarakat Tanah Air.
Bahkan, kasus itu sudah menelan korban jiwa dan menyebabkan puluhan orang terpapar virus tersebut.
Ini adalah kasus antraks pertama yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2023. Sebelumnya, Gunungkidul memang sudah dinyatakan sebagai daerah endemis antraks sejak virus itu menyerang pada tahun 2019 silam.
Berikut fakta-fakta soal kasus antraks yang menyerang Gunungkidul beberapa waktu lalu.
Awal Temuan Kasus Antraks di Gunungkidul
Hal ini bermula ketika Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul mendapat laporan tentang pria berusia 73 tahun yang terpapar antraks pada 2 Juni. Warga asal Kecamatan Semanu itu pun akhirnya meninggal pada 4 Juni.
"Jadi ketika ada laporan dari (RSUP) Sardjito terkait orang meninggal karena antraks kami langsung menlusuri. Yang bersangkutan laki-laki 73 tahun, jadi dia ikut menyembelih dan mengonsumsi daging ternak tersebut," ujar Kepala Dinkes Gunungkidul Dewi Irawaty, dikutip dari detikJateng, Sabtu (8/7/2023).
Jumlah Korban Positif
Dewi mengatakan pihaknya telah melakukan penelusuran terhadap 125 orang warga Gunungkidul. Hasilnya, puluhan warga positif terpapar antraks.

"Dari 125 orang itu, yang positif (antraks) ada 85. Tapi yang bergejala ada 18 orang, gejalanya ada luka, bengkak, ada pula yang diare, pusing-pusing da sebagainya," imbuhnya.
Sementara, data dari Kementerian Kesehatan RI menyebutkan saat ini tercatat ada 93 orang yang dinyatakan positif antraks.
Disebabkan Konsumsi Daging Sapi yang Sakit
Menurut laporan Kemenkes RI, kasus antraks di Gunungkidul disebabkan oleh adanya warga yang menyembelih sapi dan kambing yang sakit dan sudah mati, kemudian dibagikan ke keluarga untuk dikonsumsi. Salah satu korban meninggal, WP, disebut sempat membantu penyembelihan sapi milik warga berinisial SW sebelum akhirnya dilarikan ke rumah sakit.
"Yang meninggal (Bapak WP) membantu menyembelih sapi Bapak SW tadi. Kemudian tanggal 1 Juni Bapak WP masuk rumah sakit dengan keluhan gatal-gatal, bengkak, dan luka. Waktu diperiksa, ada sampelnya yaitu spora antraks dari sampel tanah tempat penyembelihan sapi tadi," tutur Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Imran Pambudi dalam konferensi pers virtual.
Lebih lanjut, menyembelih sapi yang sakit dan mati ini diduga merupakan bagian dari tradisi brandu yang masih kental di masyarakat Gunungkidul. Brandu adalah tradisi menyembelih sapi yang sakit atau sekarat lalu dagingnya dibagikan atau dijual dengan harga murah dengan tujuan untuk membantu sesama.
Gunungkidul Sudah 'Langganan' Antraks 5 Tahun Terakhir
Imran membeberkan data kasus antraks di Gunungkidul, Yogyakarta selama lima tahun terakhir. Ia mengatakan kasus antraks memang hampir setiap tahun menyerang provinsi tersebut.
"Ini tren kasus antraks di Yogyakarta, jadi kita ada data lima tahun terakhir. Jadi hampir setiap tahun itu ada, meskipun ini belum ada kematian," imbuhnya.
Ia menambahkan kasus antraks tertinggi di Yogyakarta terjadi pada 2019 dengan total 31 kasus, disusul tahun 2022 dengan 23 kasus. Namun dari 2019 hingga 2022, belum ada kasus kematian.
Adapun wilayah yang terkena wabah antraks di Yogyakarta antara lain Dukuh Grogol Desa Bejiharjo Kepanewon Kecamatan Karangmojo, Kepanewon Ponjong, Gedangsari, dan Semanu.
Komentar Pedas