Kejadian mengerikan tersebut terjadi pada Februari 2022, namun baru diungkap ke publik oleh Cut Intan baru-baru ini.  Keputusan untuk mengungkap rekaman CCTV tersebut didasari oleh munculnya pernyataan dari kuasa hukum Armor yang mengajukan restorative justice untuk berdamai.  Kuasa hukum Armor beralasan bahwa keluarga kliennya ingin berdamai demi anak-anak.  

Namun, Cut Intan dengan tegas menolak tawaran tersebut dan menegaskan bahwa ia menginginkan proses hukum berjalan sesuai prosedur yang berlaku.  "Lebih dari 5 kali? Saya saja tidak mampu menghitung berapa sering dia menyiksa saya. Berat sangat berat pastinya, harus ceria dibalik semua penderitaan selama ini, karna saya fikir ini adalah aib yang paling memalukan," tulis Cut Intan di media sosialnya. 

Melalui unggahan tersebut, Cut Intan juga mengungkapkan rasa sesalnya atas kejadian yang dialaminya dan  mengucapkan permintaan maaf kepada anak perempuannya.  "Maafin mama ya nak, setelah ini kita sembuhin trauma ini bareng-bareng," pungkasnya. 

Rekaman CCTV yang diungkap Cut Intan menjadi bukti nyata kekerasan yang dialaminya selama ini.  Aksi brutal Armor yang terekam CCTV tersebut menunjukkan bahwa kekerasan yang dialami Cut Intan bukanlah hal yang terisolasi,  melainkan sebuah pola kekerasan yang berulang.  

Keputusan Cut Intan untuk menolak tawaran restorative justice dan memilih untuk melanjutkan proses hukum menunjukkan  keberaniannya untuk melawan kekerasan dan memperjuangkan keadilan.  Ia  menolak untuk dibungkam dan ingin agar kasusnya diproses secara hukum.  

Unggahan Cut Intan di media sosial juga menjadi bukti bahwa kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan masalah serius yang perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak.  KDRT tidak hanya berdampak buruk bagi korban,  tetapi juga berdampak buruk bagi anak-anak yang menjadi saksi bisu kekerasan tersebut.