Elon Musk Mendukung Penarikan AS dari NATO dan PBB
Miliarder Elon Musk di Gedung Putih pada 19 Februari
Miliarder Elon Musk mendukung gagasan bahwa Amerika Serikat sebaiknya menarik diri dari NATO dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sebuah pendapat yang juga mendapat dukungan dari beberapa senator Partai Republik.
Pada 1 Maret, Elon Musk, sekutu dekat mantan Presiden AS Donald Trump, membalas sebuah unggahan di platform media sosial X dengan komentar "Saya setuju." Unggahan tersebut menyatakan bahwa "sudah saatnya bagi AS untuk keluar dari NATO dan PBB."
Pernyataan Musk ini mendapat sambutan positif dari beberapa anggota Partai Republik, termasuk Senator Mike Lee, yang selama ini dikenal sebagai pengkritik NATO. "Mari kita keluar dari NATO. Ini adalah momen yang tepat untuk meninggalkan aliansi tersebut," ujar Lee dalam sebuah pernyataan.
Senator Mike Lee telah lama menilai bahwa NATO merupakan "kesepakatan yang menguntungkan bagi Eropa, tetapi tidak adil bagi AS." Menurutnya, sumber daya AS terlalu banyak digunakan untuk melindungi Eropa, sementara tidak memberikan dampak signifikan dalam menjaga keamanan nasional Amerika sendiri.
Namun, tidak semua pihak sependapat dengan Musk. Martin Paasi, seorang anggota parlemen Finlandia, mengkritik sikap Musk dan menyatakan bahwa "pemerintah AS tidak akan lagi dipercaya oleh dunia dalam beberapa dekade ke depan jika benar-benar keluar dari NATO."
Musk dikenal memiliki pengaruh besar dalam pemerintahan AS. Pekan lalu, ia dilaporkan menghadiri pertemuan kabinet pertama sejak Trump kembali menjabat. Dukungan Musk terhadap gagasan keluarnya AS dari NATO dianggap sebagai indikasi bahwa skenario ini mungkin sedang dipertimbangkan oleh Gedung Putih.
Jika AS benar-benar keluar dari NATO, hal ini akan membawa perubahan besar bagi keamanan global, khususnya bagi negara-negara Barat. Para pemimpin Eropa semakin waspada terhadap komitmen Presiden Trump terhadap aliansi ini, terutama terkait ketegangan dengan Rusia dan konflik di Ukraina.
Saat ini, NATO memiliki 32 anggota, termasuk AS, Kanada, dan 30 negara Eropa. Beberapa hari setelah kembali menjabat, Trump menegaskan bahwa "AS melindungi anggota NATO, tetapi mereka tidak melindungi kita." Ia terus mendesak anggota NATO untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka hingga 5% dari PDB, jauh di atas standar 2% yang saat ini berlaku dan bahkan belum dipenuhi oleh negara mana pun, termasuk AS.
Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, pada 27 Februari mengonfirmasi bahwa ia telah berbicara dengan Presiden Trump. Rutte menekankan bahwa NATO "semakin kuat" dan para sekutu sedang bersiap untuk menambah miliaran dolar dalam bantuan serta kontribusi guna menjamin keamanan Ukraina.
Kabar ini menarik perhatian publik dan menjadi perdebatan panas di dunia internasional. Untuk pembaruan lebih lanjut mengenai perkembangan ini, kunjungi situs jalanviral.
Komentar Pedas