Enam Pilar Strategi Keamanan Nasional AS di Era Trump
jalanviral.com – Setelah hampir empat bulan menjabat, Presiden Donald Trump mulai memperjelas arah baru strategi keamanan nasional Amerika Serikat, beralih dari model "Pax Americana" menuju pendekatan pragmatis baru yang dikenal sebagai “Pact Americana” – strategi yang dibangun di atas enam pilar utama.
Dalam kunjungan luar negeri pertamanya, Trump memilih Timur Tengah ketimbang Kanada atau negara sekutu Eropa lainnya. Menurut para analis, pilihan ini mencerminkan perubahan besar dalam visi keamanan nasional AS.
Berbeda dengan para pendahulunya yang mengedepankan AS sebagai penjaga ketertiban dunia, Trump memperkenalkan strategi yang lebih fokus pada kepentingan nasional langsung, menekankan prinsip “America First”.
Menurut para ahli dari Australian Strategic Policy Institute (ASPI), Jahara Matisek dan James Farwell, pilar pertama adalah reinterpretasi Doktrin Monroe, yang kini diperluas ke kawasan Asia Pasifik. AS di bawah Trump memprioritaskan dominasi di wilayah sekitar seperti Amerika Latin dan Karibia – kawasan yang dianggap sebagai “halaman belakang” Amerika.
1. Revisi Doktrin Monroe: Kawasan Dekat Jadi Prioritas
Kebijakan ini tercermin dalam penguatan perbatasan selatan, sanksi ekonomi terhadap negara yang dianggap mengancam kepentingan AS, dan penekanan pada perjanjian bilateral yang menguntungkan Washington.
Trump menjadikan keamanan domestik sebagai fondasi strategi nasional. Penanganan imigrasi ilegal, kejahatan lintas negara, dan ancaman siber menjadi fokus utama. Dengan alasan menjaga stabilitas internal, Trump mengalihkan sebagian besar sumber daya militer dari luar negeri untuk memperkuat keamanan dalam negeri.
2. Keamanan Dalam Negeri: Fondasi Kekuatan Nasional
Penarikan pasukan dari Afghanistan dan Irak serta realokasi pasukan ke kawasan Indo-Pasifik adalah bagian dari pendekatan ini – menunjukkan bahwa stabilitas internal adalah prasyarat utama kekuatan nasional.
Pilar ketiga adalah diplomasi berbasis transaksi. Hubungan internasional dipandang sebagai pertukaran yang setara, bukan sekadar kewajiban moral. Dalam NATO, misalnya, Trump menuntut sekutu menaikkan anggaran pertahanan minimal 3% dari PDB.
3. Diplomasi Transaksional: Hubungan Berdasarkan Timbal Balik
Strategi ini juga mencakup tawaran dukungan militer dengan imbalan sumber daya, seperti kesepakatan mineral langka dengan Ukraina dan negara-negara Afrika. Menurut analisis jalanviral.com, tren ini menandai pergeseran besar dalam peran global AS.
Meski mengurangi keterlibatan militer langsung, Trump tetap menjaga pengaruh strategis AS di Timur Tengah. Ia memperkuat hubungan dengan Israel, mendukung Perjanjian Abraham, dan menggunakan sanksi ekonomi serta serangan presisi untuk menghadapi ancaman seperti Houthi di Yaman.
4. Pendekatan Tegas di Timur Tengah
Alih-alih perang darat jangka panjang, Trump memilih operasi militer terbatas yang efisien secara biaya, sejalan dengan visinya yang lebih realistis terhadap keterlibatan luar negeri.
Trump memandang kebangkitan Tiongkok sebagai ancaman strategis. Langkah-langkahnya mencakup tarif tinggi, kontrol ekspor teknologi canggih seperti semikonduktor, dan tekanan terhadap raksasa teknologi seperti Huawei dan TikTok.
5. Mengisolasi Tiongkok: Perang Ekonomi dan Teknologi
AS juga membangun rantai pasok alternatif bersama negara sekutu untuk mengurangi ketergantungan pada Tiongkok. Negara yang tidak mengikuti langkah ini bisa menghadapi tarif tinggi atau pengurangan kerja sama keamanan – strategi ini banyak dikupas dalam ulasan khusus di jalanviral.com.
Dalam pidatonya pada 13 Mei, Presiden Tiongkok Xi Jinping mengkritik strategi AS sebagai bentuk "intimidasi ekonomi" dan "isolasionisme yang merugikan semua pihak".
6. Militer Kuat dan Efisien: Investasi pada Teknologi Canggih
Trump menargetkan penguatan militer AS melalui modernisasi dan efisiensi, bukan dengan menambah jumlah pasukan. Fokusnya adalah pengembangan teknologi seperti kecerdasan buatan, senjata presisi, dan kuantum. Pelatihan dan perekrutan militer juga disesuaikan untuk membentuk pasukan yang tangguh namun ramping.
Kebijakan ini menegaskan kesiapan AS menggunakan kekuatan militer untuk melindungi kepentingannya, namun juga mengundang tantangan dalam menjaga keseimbangan antara teknologi baru dan kekuatan konvensional.
Menurut para analis, enam pilar ini mencerminkan pergeseran strategis bersejarah bagi Amerika Serikat. Meski membawa peluang baru, strategi tersebut juga menimbulkan risiko dalam menjaga aliansi lama dan menghadapi kekuatan baru seperti Tiongkok.
Untuk update seputar kebijakan global dan dinamika geopolitik terbaru, kunjungi sekarang juga jalanviral.com – sumber informasi pilihan di era digital.
Komentar Pedas