HRD Sebut Jejak Digital Ngaruh ke Proses Rekrutmen Kerja, Benarkah Begitu
Tentunya dalam hidup ini, bekerja dan mencari uang merupakan hal yang wajib dilakukan oleh banyak orang demi bisa bertahan hidup. Demi mengumpulkan pundi pundi rupiah dan bertahan hidup.
Hal ini merupakan hal yang wajar mengingat hal ini salah satu kebutuhan primer banyak orang dan pekerjaan juga bukan suatu hal mudah untuk didapatkan.
Di luar sana, ada banyak orang yang berlomba-lomba untuk mencari pekerjaan. Karena memang tidak mudah mendapatkan pekerjaan di zaman sekarang. Di mana memang lapangan pekerjaan di masa kini tidak sebanding dengan banyaknya pelamar kerja. Pelamar kerja lebih banyak ketimbang pencari kerja, membuat orang-orang banyak yang kesulitan mendapat pekerjaan.
Apalagi jika kemampuan dan skill yang pas-pasan maka semakin mempersulit kita dalam mendapat pekerjaan. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab mengapa banyaknya pengangguran di Indonesia. Di mana banyak juga yang sudah berusaha melamar ke mana-mana tapi masih saja tidak diterima. Mengenai hal itu, sebenarnya ada banyak faktor yang menentukan.
Baru-baru ini seorang HRD di salah satu video yang viral di sosial media sempat mengatakan bahwa salah satu hal yang berpengaruh dalam diterima kerjanya seseorang dan bagaimana kenaikan karir seseorang dinilai dari jejak digitalnya. Ya, jejak digital yaitu aktivitas kita di dunia maya menjadi salah satu pertimbangan apakah kita diterima kerja atau tidak.
Nama HRD itu adalah Vina Muliana yang saat itu sedang dalam acara bersama Najwa Shihab. Dalam kesempatan itu, Najwa Shihab sempat bertanya “Kalau mau ngelamar kerja itu bukan cuma CV yang dicek, tapi juga media sosial?” Hal ini langsung diiyakan oleh Vina. Ia menyebut 80% rekruter akan melakukan background verification. Salah satunya adalah jejak digital.
Jadi Vina menyebut agar para calon pelamar kerja agar berhati-hati dalam membagikan sesuatu dan mengomentari sesuatu di sosial media. Berhati-hati dalam membuat postingan juga. Karena hal ini akan sangat berpengaruh dalam keputusan rekruter untuk meloloskan kita ke dalam pekerjaan yang kita inginkan. Jadi bijak-bijaklah dalam bersosial media.
Usai videonya viral, Vina mendapatkan banyak tanggapan dari netizen. Ada yang setuju, tapi ada juga yang kontra dengan apa yang disampaikan Vina. Banyak orang yang menyebut kalau kita memiliki banyak pengikut dan terkenal maka pihak rekruter akan pikir-pikir lagi untuk merekrut kita. Karena takut sewaktu-waktu ada masalah di luar kerjaan yang viral dan membawa nama tempat kerjanya.
Di zaman digital ini, memang jejak digital menjadi salah satu pertimbangan seseorang dalam diterima atau tidaknya di pekerjaan. Karena rektuter akan menilai perilaku dari bagaimana kita menggunakan media sosial. Bagaimana kita membagikan postingan, apakah kita sering mengeluarkan kata-kata kasar dan lainnya.
Hal ini dapat berpengaruh ke integritas kita dan juga jadi penilaian bagaimana mutu kita. Dari sini kita harus lebih menahan diri untuk tidak melakukan hal negatif di sosial media apapun itu. Karena bila nantinya jejak digital kita dijadikan acuan untuk syarat diterima kerja maka akan repot. Rekruter kemungkinan akan menolak pelamar kerja dengan perilaku kurang baik di sosial media.
Pernyataan dari HRD ini bisa dijadikan kita pelajaran. Karena kita tidak tahu bagaimana cara rekruter menilai kita jika nanti kita melamar ke suatu perusahaan. Jadi untuk mempersiapkan rekam jejak yang baik, mulailah dari sekarang.
Komentar Pedas