Kena Bully Curhat di Sosmed Penembak Donald Trump Ternyata Sering Di bully saat SMA
Korban dari suatu tindak kejahatan kemudian nantinya bisa malah jadi pelaku kejahatan itu memang ada dan nyata ya gansist, khususnya di kasus kriminal pelecehan seksual. Seringkali termuat pemberitaan keterangan dari pelaku mengarah ke satu alasan yang sama, yaitu dulunya dia adalah seseorang yang jadi korban akibat perbuatan pelecehan seksual orang lain kepadanya.
Begitu juga dengan korban bullying, bukan hanya sekedar hanya berbalik jadi tukang bully, malah bisa jadi penjahat yang kekejamannya tak terduga. Korban bullying bisa menjadi orang jahat apabila tidak mendapatkan dukungan dan penanganan yang tepat.
Trauma dan tekanan yang dialami korban bullying dapat berdampak negatif pada perilaku dan pola pikir mereka. Serangan verbal dan fisik yang terus menerus dapat menyebabkan korban menjadi tertutup, marah, dan kehilangan rasa percaya diri.
Dalam kasus tertentu, korban bullying dapat membalas dendam dengan cara yang tidak pantas, seperti melakukan bully kepada orang lain atau bahkan melakukan tindakan kriminal.
Sikap negatif yang terinternalisasi akibat bullying juga bisa membuat korban menjadi lebih mudah tersulut emosi, sulit mengontrol diri, dan cenderung merugikan orang lain.
Mungkin salah satu contohnya adalah tentang kasus yang paling menggemparkan dunia saat ini, ketika terjadi penembakan keatas capres Amerika Serikat Donald Trump di Pennsylvania. Ternyata akhirnya beberapa keterangan tentang sniper pelaku penembakan tersebut mulai terkuak.
Namanya Thomas Matthew Crooks, usia pemuda tersebut 20 tahun. Dan berdasar yang dilansir ABC News, (15/7). Media tersebut mengungkap, Crooks adalah siswa pendiam, dinilai sebagai pemuda yang kesepian. Dan dari kesaksian temannya, Jason Kohler. Sniper yang menewaskan satu orang tersebut, semasa di SMA sangat sering di-bully dan diintimidasi oleh kawan-kawannya sendiri.
Penting bagi kita sebagai masyarakat dan juga sebagai individu untuk memberikan perhatian dan dukungan kepada korban bullying. Dengan memberikan support dan bantuan yang tepat, korban bisa pulih dari trauma dan membangun kembali rasa percaya diri serta empati terhadap orang lain.
Orang tua juga memiliki peran penting dalam membantu anak yang menjadi korban bullying. Mendengarkan dengan empati, memberikan dukungan tanpa henti, dan membimbing anak untuk menemukan cara menghadapi rasa takut dan kehilangan kepercayaan diri merupakan langkah awal yang sangat penting.
Dengan kesadaran akan dampak negatif dari bullying, kita semua bisa berperan dalam menciptakan lingkungan yang aman, penuh dengan empati, dan tidak merugikan bagi siapa pun. Bersama-sama, kita bisa mencegah korban bullying menjadi orang jahat, dan mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan peduli satu sama lain.
Ini bisa jadi perhatian untuk kita ya gansist, agar jangan suka bully orang lain. Baik di dunia nyata maupun di dunia maya, alias di internet. Karena efeknya sangat besar bullying tersebut, dari sekedar hanya curhat buat status pernah di-bully, padahal ada makna tersirat agar dirinya sekarang jangan di-bully, sampai tindakan yang diluar nalar yang tak terpikirkan.
Jika Anda mengalami bullying dan tertekan oleh perundungan tersebut, mungkin akan lebih baik berobat ke psikiater atau psikolog.
Bukan curhat di internet, masalahnya di internet itu banyak warganet berkerumun. Ada yang memberi nasehat bagaimana cara mengatasi bully, mensupport agar kenangan masa lalunya yang buruk nggak perlu dikenang. Tapi bisa jadi akan ada yang iseng malah ikut mem-bully-nya, kan repot.
Komentar Pedas