Machi menegaskan bahwa Kimberly justru telah mendorong Edward untuk menemui anak-anak mereka.  Bukti chat yang dimiliki Kimberly menunjukkan bahwa ia telah mengajak Edward untuk bertemu dengan anak-anak, namun hingga kini belum ada tindak lanjut dari Edward. 

"Kalau itu, dari bukti yang kita pegang juga, bukti chat, belum ada (rencana Edward temui anak). Padahal dari klien saya sendiri sudah menanyakan mau melihat atau apa," ujar Machi Ahmad di PA Jakpus.  

"Klien saya tidak membatasi kok untuk anak bertemu dengan bapaknya bahkan menawarkan, kita lihat juga bukti bukti chat dari klien saya," tambahnya. 

Machi membenarkan bahwa Edward Akbar memang belum bertemu anak-anaknya sejak bulan Mei 2024.  Namun, ia menegaskan bahwa hal ini bukan karena adanya larangan dari Kimberly Ryder.  

"Mungkin sejak pisah rumah kalau nggak salah bulan Mei (Edward belum temui anak)," jelasnya. 

Sementara itu, Edward Akbar melalui kuasa hukumnya, Justiartha Hadiwinata, mengklaim bahwa kesulitan bertemu anak disebabkan oleh beberapa alasan, namun tidak menjelaskan secara detail. 

"Sekarang belum bisa berkomunikasi secara langsung dengan Rayden dan Aisyah. (Alasannya) memang tidak disampaikan secara jelas akan tetapi keterangan dari Pak Edward seperti itu," ujar Justiartha dalam wawancara terpisah. 

Perbedaan pernyataan antara kedua belah pihak menunjukkan adanya ketegangan dalam proses perceraian ini.  Kimberly Ryder dan Edward Akbar tampaknya memiliki persepsi yang berbeda mengenai hak asuh anak dan akses pertemuan dengan anak-anak. 

Bukti chat yang dimiliki Kimberly menjadi senjata utama dalam membantah klaim Edward Akbar.  Hal ini menunjukkan bahwa Kimberly tidak menghalangi Edward untuk bertemu anak-anak, namun Edward sendiri yang tidak menunjukkan inisiatif untuk menemui anak-anaknya. 

Situasi ini menimbulkan pertanyaan mengenai kesungguhan Edward Akbar dalam menjalin hubungan dengan anak-anaknya.  Apakah kesulitan yang diklaimnya benar-benar ada atau hanya sekadar alasan untuk menghindari tanggung jawab sebagai seorang ayah? 

Perseteruan ini tentu saja berdampak pada anak-anak yang menjadi korban dalam konflik orang tua mereka.  Mereka membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuanya, terlepas dari status hubungan orang tua mereka. 

Pihak pengadilan diharapkan dapat menyelesaikan konflik ini dengan adil dan bijaksana, dengan mempertimbangkan kepentingan terbaik anak-anak.  Proses perceraian harus dijalankan dengan mengedepankan komunikasi dan dialog yang konstruktif, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif bagi anak-anak.