Mimpi Buruk Pelaut Filipina di Bawah Gempuran Houthi di Laut Merah
jalanviral.com - Serangan kelompok Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah terus memakan korban, termasuk pelaut Filipina yang merupakan 25% dari tenaga kerja maritim dunia. Salah satu insiden yang paling mengerikan dialami oleh kapal pengangkut batu bara MV Tutor pada 12 Juni 2024.
Kapal berbendera Liberia milik perusahaan Yunani itu sedang berlayar dari Rusia menuju India, membawa 22 awak – semuanya warga Filipina. Hari itu bertepatan dengan Hari Kemerdekaan Filipina sekaligus ulang tahun salah satu awak. Kapten Christian Domrique (40) berencana mengadakan perayaan sederhana di sore hari.
Blas Dominic Ranque, juru masak kapal, sudah menyiapkan hidangan khas Filipina seperti babi panggang dan kue beras. Namun, suasana gembira berubah menjadi kepanikan ketika Emerson Loria, kepala awak, melihat sebuah perahu kecil berkecepatan tinggi mendekat. Melalui teropong, terlihat dua sosok yang ternyata hanyalah manekin.
“Masuk ke dalam kapal sekarang!” teriak penjaga. Perahu tanpa awak itu sarat bahan peledak, menghantam buritan kapal dan menimbulkan ledakan hebat. Kaca jendela pecah, tubuh kapal bergetar. Saat awak kapal menghitung jumlah kru, Nixon Asejo (54), asisten kepala mesin, dinyatakan hilang.
Para pelaut berusaha mencari Asejo di ruang mesin yang tergenang air laut dan minyak, namun tanpa hasil. “Kami tidak menemukannya,” kata Kapten Domrique.
Beberapa jam setelah ledakan, sebuah rudal kembali menghantam MV Tutor. “Kami tidak tahu Houthi berada di mana, di bawah air atau di udara,” ujar Domrique, yang bahkan tidak punya akses internet untuk mencari tahu siapa mereka.
Selama tiga hari, awak kapal bertahan hidup dengan makanan kaleng sambil menunggu bantuan. Pada 15 Juni, helikopter Angkatan Laut AS tiba dan mengevakuasi mereka ke kapal perang sebelum dipulangkan ke Manila. Asejo tak pernah ditemukan; hanya barang-barangnya yang kembali.
Menurut Houthi, serangan terhadap MV Tutor dan kapal lain adalah bentuk solidaritas dengan Palestina dalam konflik Israel–Hamas. Mereka berjanji akan terus menargetkan kapal yang “terkait” dengan Tel Aviv, meskipun awak MV Tutor membantah adanya hubungan dengan Israel.
Sejak konflik Gaza meletus, Houthi telah melakukan lebih dari 145 serangan terhadap kapal dagang di Laut Merah, menenggelamkan sedikitnya empat kapal. Beberapa kapal seperti Magic Seas dan Eternity C yang membawa mayoritas awak Filipina juga menjadi korban, bahkan ada yang disandera hingga setahun.
Pemerintah Filipina telah mengimbau perusahaan pelayaran untuk tidak mempekerjakan warganya di rute Laut Merah, memperingatkan risiko tinggi meskipun iming-iming gaji dua kali lipat. Banyak pelaut tetap menerima tugas karena takut kehilangan pekerjaan.

“Banyak orang siap menggantikan posisi kami demi penghasilan lebih baik,” kata Jacqueline Smith dari Federasi Pekerja Transportasi Internasional.
Setelah kembali dari maut, beberapa awak MV Tutor menjalani perawatan psikologis. Loire, pelaut berpengalaman 15 tahun, memutuskan pensiun meski masih harus menghidupi tiga anaknya. Domrique sendiri kini meminta semua kru di kapal barunya menandatangani pernyataan menolak berlayar melewati Laut Merah.
Kisah ini menjadi peringatan keras tentang risiko nyata di jalur perdagangan internasional. Untuk membaca lebih banyak berita investigasi maritim dan kisah nyata dari para pelaut dunia, kunjungi jalanviral.com.
Komentar Pedas