Sedotan Plastik Presiden Trump
Keputusan Kontroversial
Jalanviral.com - Pada 10 Februari, Presiden AS Donald Trump melarang penggunaan sedotan kertas di lembaga federal dan kembali ke sedotan plastik, dengan alasan sedotan kertas "tidak efektif" dan "mudah hancur". Keputusan ini langsung memicu perdebatan sengit.
Sedotan plastik lebih tahan lama dan murah, tetapi butuh ratusan tahun untuk terurai. Sedotan kertas lebih ramah lingkungan, tetapi proses produksinya boros energi dan menghasilkan emisi lebih tinggi, menurut penelitian dari University of Guelph, Kanada.
National Geographic (2018) mencatat bahwa sedotan plastik hanya menyumbang 0,02% dari limbah plastik di laut. Masalah utama justru datang dari "jaring hantu" atau jaring ikan yang ditinggalkan. Fokus pada sedotan tanpa menangani plastik lain seperti gelas dan kemasan bukanlah solusi menyeluruh.
Beberapa negara telah berhasil menerapkan sistem insentif daur ulang, seperti Finlandia dan Jerman, yang memberi uang kembali bagi konsumen yang mengembalikan botol bekas. Model ini mendorong kebiasaan daur ulang tanpa perlu larangan ketat.
Vietnam dapat belajar dari pendekatan ini dengan memperkuat sistem pengelolaan limbah plastik secara menyeluruh. Langkah ini tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga mendukung ekonomi sirkular. Untuk lebih banyak wawasan, kunjungi JalanViral.
Komentar Pedas