Trump Tandatangani Perintah Penjualan Tiktok As, Algoritma Jadi Sorotan
Penjualan TikTok masih harus menunggu persetujuan dari pihak Tiongkok.
jalanviral.com — Washington, D.C. – Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu, 25 September 2025, secara resmi menandatangani perintah eksekutif yang mengesahkan rencana penjualan divisi TikTok di AS kepada investor lokal. Keputusan ini merupakan bagian dari upaya untuk memenuhi ketentuan keamanan nasional yang tercantum dalam undang-undang yang ia sahkan pada tahun 2024.
Wakil Presiden JD Vance menyebut bahwa perusahaan baru TikTok di AS saat ini bernilai sekitar 14 miliar USD, angka yang disebut jauh di bawah proyeksi para analis. Meskipun begitu, Gedung Putih tidak memberikan penjelasan mendalam terkait metode penilaian tersebut.
Seiring dengan itu, Trump juga mengumumkan penundaan implementasi larangan operasional TikTok di AS hingga 20 Januari 2026. Sebelumnya, perusahaan induk asal Tiongkok, ByteDance, diwajibkan melepas kepemilikan mereka terhadap TikTok di AS paling lambat 17 September. Jika tidak, platform tersebut terancam diblokir secara permanen.
Langkah ini merupakan bagian dari implementasi Undang-Undang Perlindungan Masyarakat Amerika dari Aplikasi yang Dikendalikan Asing (PAFACA) yang telah disahkan Kongres dan sebelumnya ditandatangani Presiden Joe Biden. Bagi Anda yang ingin mengikuti perkembangan kebijakan teknologi global secara cepat dan mendalam, kunjungi jalanviral.com untuk informasi terkini dan terpercaya.
Fokus pada Algoritma dan Keamanan Data
Salah satu hal krusial dalam kesepakatan ini adalah status algoritma rekomendasi TikTok—aset terpenting dari platform tersebut. Perintah eksekutif Presiden Trump menyebut bahwa algoritma akan dilatih ulang dan diawasi oleh mitra keamanan AS, serta dioperasikan oleh entitas bisnis baru yang berbasis di Amerika.
JD Vance mengakui adanya "keberatan dari pihak Tiongkok", namun menegaskan bahwa tujuan utama adalah menjaga TikTok tetap beroperasi, sekaligus melindungi privasi data pengguna AS. “Kami ingin menjaga platform tetap hidup, namun dengan kepatuhan terhadap hukum AS,” kata Vance dalam konferensi pers di Oval Office.
Presiden Trump juga mengungkapkan bahwa Presiden Tiongkok Xi Jinping tidak keberatan dengan langkah ini. “Saya berbicara langsung dengan Presiden Xi. Kami berdiskusi dengan baik, saya menjelaskan langkah kami dan dia mendukung,” ujarnya.
Trump menyebut sejumlah tokoh besar yang akan bergabung dalam kesepakatan ini, termasuk:
Siapa yang Terlibat dalam Akuisisi?
Michael Dell (CEO Dell Technologies),
Rupert Murdoch (Chairman Fox Corp),
Dan “4 atau 5 investor global papan atas lainnya”.
Menurut sumber dari Reuters, konsorsium yang terdiri dari Oracle, Silver Lake, dan investor lainnya akan memiliki 50% saham TikTok AS, sementara 30% sisanya dipegang oleh investor ByteDance yang sudah ada. Namun, struktur ini disebut masih bisa berubah.
Seorang pejabat tinggi Gedung Putih menyatakan bahwa ByteDance hanya akan memegang kurang dari 20% saham untuk mematuhi aturan hukum. Mereka juga hanya diperbolehkan menunjuk 1 dari 7 anggota dewan direksi, sedangkan 6 posisi lainnya akan diisi oleh warga AS.
Profesor Alan Rozenshtein dari University of Minnesota menyoroti masih adanya ketidakjelasan soal kontrol terhadap algoritma, meski kesepakatan telah diumumkan. “Presiden sudah umumkan perjanjian, tetapi belum ada detail soal algoritma,” katanya.
TikTok: Dari Target Larangan hingga Alat Kampanye
TikTok saat ini memiliki sekitar 170 juta pengguna di AS. Menariknya, pada akhir masa jabatan pertamanya, Trump sempat mendorong pelarangan TikTok, namun kini berubah arah setelah platform tersebut dinilai berkontribusi besar dalam kemenangan pemilu 2024. Akun resmi Trump kini memiliki 15 juta pengikut, dan bahkan Gedung Putih sudah meluncurkan akun resmi TikTok bulan lalu.
Untuk mengikuti lebih banyak berita panas dan analisis mendalam seputar dunia politik, kebijakan teknologi, dan tren digital global, jangan lewatkan update terbaru di jalanviral.com — portal berita pilihan generasi digital.
Komentar Pedas