AS Tuntut Ketua Konglomerat Kamboja atas Tuduhan Penipuan Kripto Bernilai Miliaran USD
WASHINGTON, 14 Oktober — Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) secara resmi mengajukan dakwaan terhadap Chen Zhi, juga dikenal sebagai Vincent, yang menjabat sebagai ketua dan pendiri Prince Holding di Kamboja, atas tuduhan mengelola jaringan penipuan mata uang kripto yang dituduhkan meraup miliaran dolar dari seluruh dunia.
Menurut pengumuman DOJ, kelompok Prince Holding tidak sekadar perusahaan investasi konvensional, melainkan digunakan sebagai kedok (front) oleh “salah satu organisasi kriminal lintas negara terbesar di Asia.” Upaya penggerebekan dan penyitaan aset yang dilakukan pihak berwenang AS merupakan yang terbesar dalam sejarah — sekitar 127.271 Bitcoin, dengan nilai hampir USD 15 miliar berdasarkan nilai tukar saat ini, berhasil disita.
Menteri Kehakiman AS Pam Bondi menyatakan: “Langkah hari ini adalah salah satu serangan paling signifikan yang pernah dilakukan terhadap penipuan keuangan daring dan perdagangan manusia secara global.” Ia menegaskan bahwa kasus ini menggambarkan bagaimana dunia maya telah menjadi medan operasi bagi kejahatan-sistemik yang merugikan negara dan individu.
Di dalam dakwaan, disebutkan bahwa Chen dan jaringan Prince Holding mengoperasikan berbagai kamp kerja paksa di sejumlah wilayah Asia Tenggara. Ratusan korban perdagangan manusia dilaporkan dikurung di fasilitas mirip penjara, dikelilingi tembok tinggi dan pagar kawat berduri. Dalam kondisi terancam kekerasan, mereka dipaksa melakukan kegiatan penipuan investasi kripto — merancang skema membangun kepercayaan terhadap korban, kemudian merebut dana mereka dari Amerika Serikat dan berbagai negara lain.
Sejak sekitar tahun 2015, Prince Holding dilaporkan beroperasi di lebih dari 30 negara, menggunakan kamuflase perusahaan properti, layanan keuangan, dan konsumsi. Chen bersama para pemimpin di grupnya diduga memanfaatkan pengaruh politik dan menyuap pejabat berbagai negara sebagai perlindungan bagi operasional mereka. Selain itu, mereka disebut memanfaatkan unit perjudian dan aktivitas penambangan kripto milik konglomerat ini sebagai sarana untuk mencuci sebagian dana hasil kejahatan.
Uang hasil penipuan itu kemudian digunakan untuk membeli barang mewah — jam tangan mahal, kapal pesiar, jet pribadi, vila eksklusif, hingga lukisan karya Picasso. Chen, yang berusia 37 tahun dan memegang kewarganegaraan ganda Inggris–Kamboja, terancam hukuman maksimum hingga 40 tahun penjara jika terbukti bersalah atas tuduhan konspirasi pencucian uang dan penipuan teknologi atau telekomunikasi.
Pada hari yang sama, pemerintah Inggris bekerja sama dengan AS untuk membekukan 19 properti di London yang diduga terkait jaringan Chen. Properti-properti tersebut memiliki nilai total lebih dari USD 130 juta, termasuk sebuah vila senilai hampir USD 20 juta di wilayah utara London.
Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ratusan ribu orang telah menjadi korban jaringan kriminal ini dan dipaksa bekerja di pusat-pusat penipuan daring ilegal di seluruh Asia Tenggara. Dalam laporan tahun 2023, PBB memperkirakan bahwa keuntungan yang dihasilkan oleh jaringan penipuan tersebut bernilai miliaran dolar setiap tahunnya.
Untuk informasi lengkap, data tambahan, dan perkembangan terkini soal kasus ini dan banyak berita finansial serta kriminal lainnya, kunjungi jalanviral.com — portal berita terpercaya untuk isu terkini dan analisis mendalam.
Komentar Pedas