Air Mata Elsa Mengalir, Jalan Kaki 3,4 Km ke Sekolah Mengubah Hidupnya
Elsa tak sanggup menahan air matanya, saat Zubaidha menyerahkan bantuan berupa tabungan pendidikan dan sepeda kepada bocah 15 tahun itu. Rasa haru terpancar jelas dari wajah pelajar kelas IX SMPN 2 Maronge, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, yang basah dengan kulit yang memerah itu.
Zubaidha adalah guru di SDN Simu -wali kelas adik Elsa- yang ditunjuk pengawas untuk menyediakan rekening bank sebagai tempat penggalangan dana untuk Elsa. Ada dana Rp 5,3 juta yang sudah terkumpul.
Berkat bantuan ini, Elsa bukan hanya tak perlu berangkat terlalu pagi untuk berjalan kaki ke sekolah, tapi biaya pendidikannya juga lebih terjamin.
Tak hanya itu, ada pula warga yang langsung datang dan memberikan bantuan. Ada yang memberi kasur, dan juga perlengkapan sekolah.
Selanjutnya, tabungan pendidikan yang diterima Elsa bakal diberikan setiap minggu. Tabungan itu disimpan Zubaidha agar bisa digunakan secara tepat guna. Ya, karena keterbatasan yang ada, Elsa harus bangun lebih pagi, dan berangkat pukul 5.30 Wita untuk berjalan kaki sejauh 3,4 kilometer, menuju ke sekolahnya setiap hari.
Awalnya, kisah ini diketahui warga dari sebuah video yang pertama kali diunggah oleh pemilik akun Facebook Amelia Lia.
Selanjutnya, simpati warga pun berujung manis. Kekuatan media sosial ternyata menjadi saluran rejeki bagi Elsa. “Iya, kemarin saya jalan kaki ke sekolah dengan jarak 3,4 kilometer. Bapak sedang sakit dan kakak tidak bisa mengantar ke sekolah."
"Kalau ubi itu bekal dari ibu untuk makan di sekolah. Tapi saya jual agar bisa beli nasi di sekolah,” kata Elsa menceritakan hal-hal yang ada dalam video tersebut saat ditemui di rumahnya, Senin (5/8/2024) kemarin.
Tentu saja, Elsa mengaku senang bisa mendapatkan sepeda dan tabungan pendidikan. Dengan sepeda, Elsa hanya butuh waktu sekitar 30 menit menuju ke sekolah.
Elsa adalah anak kedua dari pasangan Umar dan Jadut. Kedua orangtua itu sudah lama berpisah, dan Elsa memiliki tiga saudara kandung dan satu saudara tiri. Ibu kandung Elsa kini menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di Brunei Darussalam, dan tidak pernah ada kabarnya.
“Sudah beberapa tahun ibu saya tidak ada kabar. Saya ingin terus sekolah, dan banggakan orangtua. Saya harus giat belajar, agar bisa lulus dengan nilai bagus,” kata Elsa.
Kepala Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Sumbawa Abu Bakar juga turut datang dalam kunjungan kemarin.
Bahkan, dari desa juga pernah dapat bantuan uang karena ayah Elsa hanya tukang pemecah batu.
“PKH keluarga Elsa terhenti saat ibunya berangkat jadi PMI ke Brunei Darussalam. Dan ayah Elsa menikah lagi dengan ibu sambungnya,” sebut Abu Bakar.
Namun, sudah lima bulan Umar berhenti bekerja karena kondisi kesehatannya. “Saat ini bapak Elsa sedang sakit batu ginjal," kata dia.
"Sementara ibu sambungnya bekerja sebagai ibu rumah tangga,” sebut dia.
Berangkat dari fakta itu, kata Abu Bakar, Pemerintah memberikan bantuan berupa beasiswa untuk Elsa agar bisa melanjutkan pendidikan setelah lulus SMP. Dengan beasiswa ini, Elsa akan bersekolah dan tinggal di asrama di Mataram. “Semoga Elsa bisa fokus sekolah, rajin belajar hingga lulus dan lanjutkan pendidikan."
Umar tentu berterima kasih telah mendapat atensi ini. “Selama ini sesekali saya bisa antar Elsa ke sekolah, tapi beberapa waktu ini dia jalan kaki karena tidak ada yang antar,” kata Umar.
Umar mengaku tak menyangka bahwa keluarganya bakal menerima bantuan, -bahkan dari orang-orang tak dikenal- hanya karena menyebarnya video sang anak di media sosial.
Ia berharap pada salah satu dari anaknya ada yang bisa melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi. “Saya bersyukur Elsa dapat beasiswa. Saya izinkan dia sekolah di Mataram,” kata Umar.
Komentar Pedas