Aktor Shanto Khan Tewas di Tangan Pengunjuk Rasa di Bangladesh
Negara Bangladesh belum lama ini dilanda suatu tragedi kemanusiaan yang memilukan. Aksi unjuk rasa masyarakat yang berujung pada kerusuhan telah menimbulkan kerugian besar dan korban jiwa. Di antara para korban yang meninggal dunia, terdapat dua sosok yang cukup menggetarkan hati, yakni Shanto Khan, seorang aktor muda yang tengah menapaki karier di industri perfilman Bangladesh, serta ayahnya, Selim Khan, yang merupakan seorang pemilik rumah produksi film terkemuka di negara tersebut.
Kerusuhan yang terjadi pada Senin, 5 Agustus 2024, dipicu oleh kebijakan kuota pegawai negeri sipil (PNS) untuk anak-anak mereka yang berjasa dalam memerdekakan Bangladesh dari Pakistan pada tahun 1971.
Banyak masyarakat yang tak sepakat dengan kebijakan tersebut karena dianggap hanya menguntungkan sebagian pihak saja. Amarah masyarakat Bangladesh pun tak terbendung, hingga akhirnya kerusuhan pecah. Ironisnya, Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, yang menjadi incaran massa, justru berhasil melarikan diri ke India, meninggalkan rakyatnya dalam situasi chaos.
Dalam kerusuhan tersebut, Selim Khan dan putranya, Shanto Khan, tragis menjadi korban. Selim Khan, yang diketahui sebagai seorang loyalis Sheikh Hasina dan bagian dari pendukung pemerintahan Bangladesh, merupakan pemilik rumah produksi film besar yang telah menghasilkan sejumlah film ternama di negara tersebut, seperti "Tungi Parar Miya Bhai" dan "Commando".
Sementara itu, Shanto Khan, sang anak, adalah seorang aktor muda yang sedang meniti karier di industri perfilman Bangladesh. Shanto telah membintangi beberapa film, seperti "Prem Chor" (2019), "Piya Re" (2021), "Bubujaan" (2023), dan "Anto Nagar" (2024).
Kematian Shanto dan Selim Khan dalam kerusuhan tersebut telah menimbulkan rasa duka mendalam di kalangan rekan-rekan mereka di industri perfilman Bangladesh. Aktor Rajatabha Dutta, yang pernah beradu akting dengan Shanto dalam film "Bikkhov", mengaku syok dan tidak menyangka bahwa Shanto akan meninggal secepat ini akibat menjadi korban amukan massa.
Ia mengingat bagaimana Shanto dengan tulus memperhatikan kebutuhannya selama syuting di Chandpur. Sementara itu, aktris Kaushani Mukhopadhyay, yang pernah beradu akting dengan Shanto dalam film "Piya Re", juga turut mengenang kebaikan hati Shanto.
Tragedi ini menjadi ironi yang mendalam bagi Bangladesh, sebuah negara yang seharusnya menjadi tempat bagi warganya untuk hidup dengan aman dan damai.
Namun, ketika kebijakan pemerintah gagal memenuhi aspirasi rakyat, kerusuhan pun tak terhindarkan. Shanto dan Selim Khan, yang seharusnya menikmati hidup dan karier mereka, harus meregang nyawa dalam situasi yang begitu tragis.
Semoga peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi pemerintah Bangladesh untuk lebih mendengarkan dan memperhatikan suara-suara dari masyarakatnya, sehingga tragedipun tak terulang di kemudian hari.
Komentar Pedas