Thailand dan Kamboja Redam Ketegangan Usai Baku Tembak di Perbatasan
Thailand dan Kamboja tengah berupaya meredam ketegangan setelah insiden baku tembak singkat antara pasukan kedua negara di wilayah perbatasan yang disengketakan, yang menyebabkan satu prajurit Kamboja tewas.
Pada 28 Mei, Perdana Menteri Thailand menyatakan bahwa Panglima Angkatan Bersenjata telah memerintahkan pasukan untuk menahan diri semaksimal mungkin agar situasi tidak memanas di area perbatasan dengan Kamboja.
Konflik ini terjadi sekitar pukul 05.30 pagi di wilayah sengketa antara Provinsi Preah Vihear (Kamboja) dan Provinsi Ubon Ratchathani (Thailand). Lokasi ini selama ini dianggap sebagai zona demiliterisasi berdasarkan kesepakatan bersama.
Menurut Juru Bicara Militer Thailand, Jenderal Winthai Suvaree, insiden bermula ketika pasukan Kamboja memasuki wilayah sengketa. Patroli militer Thailand yang termasuk dalam Satuan Tugas Suranaree mencoba mengajak berdialog seperti pertemuan sebelumnya, namun terjadi kesalahpahaman dan tembakan dilepaskan dari pihak Kamboja.
“Kontak senjata berlangsung sekitar 10 menit,” ujar Winthai. Satu prajurit Kamboja dinyatakan tewas.
Juru Bicara Militer Kamboja, Jenderal Mao Phalla, mengonfirmasi bahwa Sersan Mayor Soun Roan (47 tahun) menjadi korban tewas. Ia menyatakan insiden terjadi di Desa Techo Morakot, Distrik Choam Ksan, wilayah Preah Vihear yang berada di sisi Kamboja.
“Seperti biasa, Thailand menuduh kami sebagai pihak yang memulai,” kata Phalla, seraya menegaskan bahwa Kamboja terus siap menghadapi kemungkinan terburuk, walau tetap mengedepankan jalur dialog.
Kedua pihak segera melakukan kontak tingkat tinggi lewat sambungan telepon dan sepakat melakukan gencatan senjata. Meskipun pasukan tetap siaga di lapangan, suasana mulai kondusif berkat komunikasi aktif kedua belah pihak.
Dari Tokyo, tempat ia melakukan kunjungan resmi, Perdana Menteri Hun Manet menegaskan: “Saya tidak ingin melihat konflik bersenjata antara tentara kedua negara, karena tidak ada manfaat yang didapat—baik bagi bangsa maupun bagi para prajurit di garis depan.”
Ia menambahkan bahwa jalur komunikasi antara militer Thailand dan Kamboja tetap terbuka guna menjaga stabilitas dan hubungan kerja sama yang konstruktif.
“Saya berharap pertemuan selanjutnya antar komandan militer dapat memberikan hasil positif demi stabilitas dan kerja sama yang baik seperti sebelumnya,” ujar Hun Manet.
Wilayah di sekitar Candi Kuno Preah Vihear telah lama menjadi sumber sengketa. Ketegangan memuncak pada 2008 ketika Kamboja berhasil mendaftarkan situs tersebut sebagai Warisan Dunia UNESCO, memicu bentrokan bersenjata yang berlangsung selama tiga tahun, menewaskan puluhan orang dan memaksa ratusan ribu penduduk mengungsi.
Pada 2011, Mahkamah Internasional (ICJ) memerintahkan penarikan pasukan dari zona demiliterisasi. Putusan final tahun 2013 menyatakan bahwa wilayah di sekitar candi berada dalam kedaulatan Kamboja. Thailand menyatakan menerima dan siap bekerja sama melalui mekanisme bilateral.
Sejak saat itu, situasi perbatasan relatif stabil, meski sesekali terjadi kesalahpahaman atau pertemuan tak disengaja antar patroli.
Untuk terus mengikuti perkembangan terbaru mengenai hubungan internasional, konflik perbatasan, dan berita menarik lainnya, kunjungi jalanviral.com – platform informasi terpercaya yang siap menyajikan berita aktual secara lugas dan akurat.
Komentar Pedas