Ukraina Setelah Lebih dari Seribu Hari Konflik
jalanan yang hancur, dan banyak nasib manusia yang terperangkap dalam pusaran perang
Jalanviral.com - Konflik yang berkecamuk selama tiga tahun telah menyebabkan Ukraina mengalami kerugian besar dalam hal nyawa, infrastruktur, serta fasilitas umum, sementara prospek perdamaian masih belum jelas.
Pada 24 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan "operasi militer khusus" di negara tetangga, Ukraina. Sekitar 200.000 tentara Rusia memasuki wilayah Ukraina dari berbagai arah, memulai konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.

Dalam foto, seorang wanita berdiri di depan rumahnya yang terbakar akibat serangan artileri di kota Irpin, pinggiran ibu kota Kiev, Ukraina, pada 4 Maret 2022.
Menurut data terbaru hingga akhir tahun 2024 dari badan pengungsi PBB, lebih dari 6,3 juta warga Ukraina telah meninggalkan negaranya dan mengungsi ke berbagai negara Eropa. Di antaranya, sekitar 1,2 juta orang berada di Jerman, hampir satu juta di Polandia, dan 390.000 orang di Republik Ceko.
Petugas pemakaman menguburkan peti mati dalam sebuah upacara di pemakaman kota Bucha, dekat Kiev, pada 18 April 2022.
Ketika pasukan Ukraina merebut kembali kota Bucha, mereka menuduh tentara Rusia melakukan "pembantaian" selama masa pendudukan, yang menyebabkan lebih dari 450 warga sipil tewas. Rusia membantah tuduhan ini dan menyebutnya sebagai propaganda yang sengaja dibuat Kiev untuk "mencoreng" Moskow.
Tuduhan "pembantaian Bucha" menjadi salah satu faktor utama yang menyebabkan kegagalan negosiasi antara Rusia dan Ukraina di Turki pada akhir Maret 2022. Sejak saat itu, kedua belah pihak menghentikan semua upaya diplomasi dan meningkatkan intensitas pertempuran.
Hampir seluruh bangunan di Mariupol mengalami kehancuran besar akibat pengepungan yang dilakukan Rusia sebelum akhirnya merebut kota pelabuhan strategis ini pada Mei 2022.
Setelah serangan balasan Ukraina di wilayah Kharkov dan Kherson, Rusia mundur ke posisi bertahan di Donbass, sebelum kembali melancarkan serangan pada pertengahan 2023. Dengan strategi pengepungan dan serangan artileri masif, Rusia secara bertahap menguasai berbagai benteng pertahanan Ukraina di wilayah timur.
Dengan dukungan senjata dan pendanaan dari Amerika Serikat serta negara-negara Eropa, Ukraina bertekad untuk terus bertahan guna menciptakan "kekalahan strategis" bagi Rusia. Sebagai respons, Rusia mengklaim aneksasi empat provinsi di Ukraina timur dan selatan, memperkuat serangan ke Donbass, serta menegaskan komitmen mereka untuk mencapai tujuan "demiliterisasi dan denazifikasi" Ukraina.
Sejak menjabat pada Januari 2025, Presiden Amerika Serikat Donald Trump berjanji akan segera mengakhiri konflik Rusia-Ukraina. Langkah pertama dalam upaya ini adalah pembicaraan langsung dengan Presiden Putin.
Kedua pemimpin sepakat untuk "bekerja sama secara erat" demi mengakhiri perang di Ukraina. Delegasi Rusia dan Amerika Serikat kemudian menggelar perundingan di Arab Saudi tanpa mengikutsertakan Ukraina. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan bahwa Kiev tidak akan menerima kesepakatan apa pun tanpa partisipasi mereka, serta menuntut agar sekutu Eropa mereka juga terlibat dalam proses perdamaian.
Untuk mengikuti perkembangan terbaru dan analisis lebih lanjut terkait konflik Ukraina, kunjungi jalanviral.
Komentar Pedas