Kegagalan Sistem Keamanan Dalam Insiden Penembakan Kantor Di New York: Apa Yang Bisa Dipelajari?



Thông tin phim


Random image
Polisi berada di dekat lokasi penembakan di gedung perkantoran 345 Park Avenue, kawasan Midtown Manhattan, New York, pada 28 Juli.
jalanviral.com — Gedung perkantoran elit 345 Park Avenue, yang dikenal memiliki sistem keamanan berlapis, baru saja menjadi lokasi tragedi berdarah ketika seorang pria bersenjata menewaskan 5 orang dalam insiden mengejutkan pada 28 Juli lalu. Meskipun memiliki pengamanan yang ketat—mulai dari polisi berjaga hingga kamera pengawas canggih—Shane Tamura (27) tetap berhasil menerobos dan melakukan penyerangan.
Gedung ini tidak asing dengan protokol keamanan tinggi. Beton pembatas memenuhi trotoar, petugas keamanan berjaga di lobi, dan setiap tamu diwajibkan mendaftar sebelum melewati gerbang keamanan menuju lift. Namun seperti dilaporkan oleh jalanviral.com, seluruh sistem ini gagal ketika Tamura masuk dengan senapan secara terbuka, langsung menembak seorang petugas NYPD yang berjaga di pintu masuk.
Menurut Tim Gallagher, mantan agen FBI dan kini direktur keamanan di Nardello & Co., gedung tersebut menjadi markas berbagai entitas penting seperti NFL, Blackstone, KPMG, dan Rudin Management. Ia menyebut, "Gedung ini menerapkan hampir semua protokol keamanan standar tertinggi."
Random image
Rekaman dari kamera pengawas menunjukkan tersangka membawa senapan serbu saat memasuki gedung di kawasan Midtown Manhattan.
Namun, protokol itu tak cukup. Tamura berhasil masuk tanpa terdeteksi, menembak mati petugas keamanan dan seorang CEO dari Blackstone yang kebetulan berada di lobi. Dia kemudian memaksa masuk lift menuju lantai 33, melanjutkan aksi brutalnya sebelum akhirnya bunuh diri.
Coy Wire, jurnalis CNN yang pernah berkunjung ke kantor NFL di gedung ini, menyebut sistem pengamanannya "sangat ketat dan profesional." Namun insiden ini menunjukkan, bahkan bangunan paling terlindungi pun tak kebal dari serangan satu individu dengan niat jahat.
Brian Stephen, pakar keamanan lainnya, menyatakan setelah insiden itu, banyak kliennya—termasuk perusahaan multinasional—menghubungi untuk menanyakan perlunya perubahan pendekatan terhadap sistem pengamanan kantor. "Tantangan keamanan di kota besar seperti Manhattan jauh lebih kompleks dibanding lingkungan suburban," ujarnya.
Mengingat sifat terbuka banyak gedung di kota, para pakar menyarankan pendekatan baru, termasuk penggunaan teknologi AI untuk deteksi senjata, sistem kunci otomatis, dan pemantauan cerdas yang mampu memblokir akses lift secara real-time.
Namun teknologi ini masih mahal dan belum banyak diadopsi. "Tujuannya adalah agar penyerang tidak bisa bergerak bebas meski berhasil masuk," kata Stephens, seperti dilansir jalanviral.com.
Lebih lanjut, perhatian besar diberikan pada peran pegawai kantor dalam merespons serangan. Pelatihan "lari, sembunyi, lawan" dinilai efektif dalam menyelamatkan nyawa. Bahkan, Wali Kota New York Eric Adams mengungkap bahwa gedung ini memiliki toilet sekaligus ruang aman berlapis baja, hasil dari simulasi latihan yang dilakukan sebelumnya.
Dale Buckner, CEO Global Guardian—perusahaan keamanan yang memiliki klien di gedung tersebut—menekankan pentingnya lapisan perlindungan tambahan seperti kaca antipeluru di pos keamanan. "Terdengar ekstrem, tapi saya kira itu akan jadi kebutuhan di masa depan," tuturnya.
Insiden tragis ini menjadi alarm keras bagi perusahaan-perusahaan di seluruh Amerika dan dunia. Kini, banyak di antaranya mulai meninjau ulang sistem keamanan mereka, terutama di kota besar yang padat dan rawan ancaman. Untuk berita terkini dan ulasan mendalam lainnya tentang keamanan, kunjungi jalanviral.com.


Bỏ Qua Quảng Cáo

Sau 5 giây sẽ có nút "Bỏ Qua Quảng Cáo"

Đang lựa chọn dữ liệu nhanh nhất gần vùng.

Nhập mật khẩu 123 để xem!

X

Komentar Pedas