Tak Sanggup Bayar Listrik, Caleg PKS Viral di Cilegon Beberkan Alasan Setop Aliran Sumur Bor

Sudah hampir sebulan warga RT 003/006 Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, harus berjalan sejauh satu kilometer untuk mengambil air sumur resapan setelah seorang caleg gagal menutup aliran sumur bor. 



Thông tin phim


Calon legislatif (caleg) yang gagal di Cilegon belakangan viral karena menutup aliran sumur bor yang menjadi sumber air bersih warga.

Caleg tersebut bernama Sumedi Madasik, yang mencalonkan sebagai DPRD Kota Cilegon dari PKS.

Peristiwa ini tepatnya terjadi di RT 003/006 Cisuru, Kelurahan Suralaya, Kecamatan Pulomerak, Kota Cilegon, Banten.

Belakangan, Sumedi Madasik menjadi perbincangan di media sosial khususnya X atas aksi menutup sumur bor miliknya itu.

Setelah kabar tersebut menghebohkan, Sumedi Madasik pun membeberkan alasan dirinya menyetop aliran sumur bor tersebut.

Dilansir dari TribunBanten, Sumedi Madasik mengakui bahwa dirinya menyetop aliran sumur bor yang selama ini menjadi sumber air bersih warga Cisuru.

Diketahui, Sumedi Madasik telah menanggung biaya listrik sumur bor itu selama empat tahun lamanya.

Sumedi mengaku, penyetopan tersebut ia lakukan hanya sementara atas kesepakatan bersama.

Tujuannya, untuk mencari solusi agar bisa menutup beban biaya yang selama ini sudah ditanggungnya.

"Memang saya caleg dan gagal. Mungkin Allah belum restui dan meridhoi saya untuk mewakili masyarakat yang seutuhnya," ucapnya.

Madasik enggan menyamakan dirinya dengan caleg lainnya yang melakukan politik uang demi membeli suara rakyat.

"Kurang lebih empat tahun saya bantu air bersihnya. Bahkan alhamdulillah air yang saya alirkan ke sana ph-nya 7 itu luar biasa," tuturnya.

"Bahkan masyarakat Cisuru pun sendiri bisa mengonsumsi air bersih, termasuk saya dari sini," tambahnya.

Mengenai warga yang membayar Rp10.000 per kubik, Madasik mengaku dirinya hanya menerima Rp5.000.

Sementara, sisa uang tersebut dikelola warga setempat untuk perawatan mesin dan beban listrik. Namun, Madasik mengaku uang tersebut belum cukup untuk menutupi biaya listrik.

Dia mengklaim harus menggunakan uang pribadi untuk menutupi biayanya.

"Itu sudah berjalan empat tahun lebih. Selisihnya antara Rp2 juta-Rp2,5 juta setiap bulan," ungkapnya.

"Saya harus mensubsidi pembayaran listrik untuk pengaliran air bersih ke masyarakat," lanjutnya.

Berharap Terpilih Warga

Sebagai gantinya, Madasik berharap agar warga setempat bisa memilihnya pada Pemilu 2024. Menurut dia, wajar baginya berharap besar kepada masyarakat setempat untuk memberikan suara pada Pemilu 2024.

Dari jumlah sebanyak 140 warga yang masuk DPT, dirinya mengakui telah meminta sebanyak 100 suara.

"Saya cuma berharap itu cuma 100 suara, wajarlah kurang lebih sekitar 70 persen, tapi yang saya dapat cuma 45 persen," ucapnya.

Awalnya, warga setempat telah bersepakat untuk memilihnya saat Pemilu 2024.

Namun pada pelaksanaannya, sejumlah warga diduga menerima uang untuk memilih salah satu caleg lainnya.

"Itu akibat serangan fajar," kata Madasik.

image widget


Bỏ Qua Quảng Cáo

Sau 5 giây sẽ có nút "Bỏ Qua Quảng Cáo"

Đang lựa chọn dữ liệu nhanh nhất gần vùng.

Nhập mật khẩu 123 để xem!

X

Komentar Pedas