Tragedi Gempa Myanmar: Aroma Kematian Dan Harapan Yang Kian Menipis



Thông tin phim


Random image

jalanviral.comSagaing, Myanmar – Suasana duka menyelimuti pusat gempa yang mengguncang Myanmar pada 28 Maret dengan kekuatan 7,7 magnitudo. Bau mayat yang membusuk tercium dari reruntuhan bangunan yang rata dengan tanah. Tim penyelamat menghadapi berbagai tantangan serius akibat keterbatasan peralatan dan pasokan medis.

Skala kehancuran di wilayah tengah Myanmar disebut tak tertandingi oleh para tenaga medis dan tim penyelamat, bahkan setelah negara ini melewati empat tahun konflik bersenjata. Di kota Sagaing, hampir seluruh bangunan runtuh. Markas pemadam kebakaran hancur total, dan peralatan penyelamatan pun ikut musnah. Situasi darurat ini semakin diperparah dengan terbatasnya tenaga kerja serta ketiadaan alat berat untuk mengevakuasi korban.

"Sudah dua hari berlalu, dan bau kematian mulai menyengat," kata Ma Ei, seorang relawan penyelamat. "Kami belum menerima bantuan apa pun karena koneksi internet dan jaringan telepon terputus. Saat ini, hanya masyarakat lokal yang turun tangan. Kami sangat membutuhkan lebih banyak bantuan secepatnya."

Ma Ei menambahkan bahwa kebutuhan mendesak saat ini mencakup makanan kering, air minum, dan obat-obatan. Rumah Sakit Sagaing sendiri ikut terdampak, memaksa pasien dirawat di ruang terbuka di tengah terik matahari. Hingga 30 Maret, belum tersedia tenda pelindung bagi pasien.

Sekitar 200 pasien dilaporkan mendatangi rumah sakit segera setelah gempa, sebagian besar mengalami patah tulang dan cedera kepala. "Beberapa penderita penyakit kronis kini merasakan penderitaan yang lebih berat," ujarnya.

Ko Doe, anggota tim penyelamat lokal, menyampaikan bahwa sebagian besar alat mereka rusak. Meski demikian, dengan beberapa alat berat yang dipinjam dari pemerintah, timnya tetap bekerja tanpa lelah. Sayangnya, di seluruh kota hanya tersedia empat alat berat jenis crane.

Pasien dengan kondisi kritis biasa dirujuk ke Mandalay, kota terbesar kedua di Myanmar, namun infrastruktur jalan dan jembatan yang rusak berat sangat menghambat proses evakuasi. Bahkan jika berhasil tiba di Mandalay, rumah sakit utama di kota itu sudah kelebihan kapasitas.

"Saya sudah melewati banyak krisis, namun belum pernah melihat situasi seburuk ini," kata seorang dokter di Rumah Sakit Umum Mandalay. Ia mengenang saat gempa mengguncang: "Ke mana pun saya memandang—timur, barat, utara, selatan—semua bangunan ambruk dan debu mengepul tebal." Seorang rekan dokter bahkan jatuh saat sedang melakukan operasi.

Menurut laporan AFP, upaya pencarian korban di bawah puing-puing di Mandalay sebagian besar dilakukan oleh warga sipil. Mereka menggali dengan tangan kosong dan sekop di bawah suhu yang mencapai 41 derajat Celsius, sementara kehadiran alat berat sangat terbatas.

Harapan untuk menemukan korban selamat kian menipis. Tim gabungan Myanmar dan China di Mandalay bahkan harus melakukan amputasi terhadap seorang ibu hamil demi mengeluarkannya dari reruntuhan, namun nyawanya tak tertolong.

Di Rumah Sakit Mandalay, seluruh pasien kini dirawat di luar ruangan. Pasien yang tak tahan panas ditempatkan di dekat pintu masuk. Beberapa pasien memilih pulang karena trauma mendalam terhadap bangunan rumah sakit yang rusak.

PBB memperingatkan bahwa kekurangan logistik sangat kritis, termasuk tas medis pribadi, kantong darah, anestesi, obat-obatan penting, serta tenda untuk tenaga medis.

Seorang dokter di Mandalay menyatakan bahwa pasokan medis yang tersedia saat ini masih mencukupi, namun stok darah dan tenaga ahli bedah sangat kurang. "Kami masih punya cairan infus dan injeksi, tapi ini tidak akan cukup lama lagi," ujarnya.

Di luar kota besar, situasi lebih memprihatinkan. Di Sagaing, Ei Hnin Phway mengungkapkan bahwa bantuan belum juga datang. "Kami bahkan tak bisa mengunggah kabar di Facebook untuk meminta bantuan," katanya.

Ko Doe melaporkan bahwa tim mereka telah menemukan 190 jenazah, namun diduga masih banyak korban yang terperangkap. Mereka akan menyisir lokasi biara, sekolah musim panas untuk biksu muda, dan sekolah suster, yang kemungkinan besar dipenuhi anak-anak saat gempa terjadi.

Gempa berkekuatan 7,7 SR ini diikuti gempa susulan 6,7 SR, menyebabkan kehancuran besar: bangunan roboh, jembatan putus, dan jalanan rusak parah di seluruh negeri. Pemerintah Myanmar menyatakan bahwa setidaknya 1.700 orang meninggal, 3.400 terluka, dan 300 lainnya hilang. Angka ini kemungkinan masih akan bertambah.

Di Thailand, guncangan terasa hingga Bangkok dan menyebabkan runtuhnya bangunan yang sedang dibangun. Pemerintah Thailand melaporkan 18 korban jiwa sejauh ini, dengan banyak lainnya luka-luka atau hilang.

 Untuk informasi lebih lanjut, cerita lapangan terkini, dan update bencana alam di kawasan Asia Tenggara, kunjungi jalanviral.com — sumber terpercaya untuk berita yang tidak hanya mengabarkan, tapi juga menggerakkan empati dan aksi.

Random image image widget


Bỏ Qua Quảng Cáo

Sau 5 giây sẽ có nút "Bỏ Qua Quảng Cáo"

Đang lựa chọn dữ liệu nhanh nhất gần vùng.

Nhập mật khẩu 123 để xem!

X

Komentar Pedas