Viral Sangon Manten di Demak, Tamu Langsung Sumbang Uang Tanpa Amplop
Sebuah video pernikahan di Demak yang dinilai unik viral di media sosial. Dalam video itu, pasangan pengantin diberikan sumbangan uang tanpa menggunakan amplop.
Video viral itu salah satunya diunggah di akun X bernama @Pray__93, pada Selasa, (9/7/2024). Nampak tamu undangan memberikan uang di sebuah kain jarik yang dipegangi oleh kedua mempelai.
Kedua mempelai tampak masih mengenakan gaun pengantin sembari menyalami para tamu undangan sebelum berpamitan. Kain jarik tersebut juga dipegangi oleh kerabat pengantin pada empat sisi segi panjangnya.
"Mengatasi sumbangan amplop kosong? Tradisi sangon manten di Demak, Jawa Tengah. Bagaimana pendapat Netizen?" tulis keterangan dalam postingan akun tersebut saat dilihat detikJateng, Kamis (11/7/2024).
Dalam penelusuran detikJateng, video viral tersebut terjadi di Desa Banyumeneng, Kecamatan Mranggen. Saat dimintai konfirmasi, Kades Banyumeneng, Muhamad Ajib Wahyudi membenarkan tradisi tersebut masih dirawat hingga sekarang.
"Itu tradisi sudah lama, saya sendiri nikah juga begitu. Saya juga sempat malu ketika itu," kata Ajib kepada detikJateng melalui telepon, Kamis (11/8/2024).
Ia mengatakan pemberian uang kepada pengantin tanpa amplop dalam kain jarik tersebut sudah tradisi di Banyumeneng. Ia mengungkapkan tamu undangan tersebut khusus para tamu dari keluarga besan.
"Sudah tradisi dan tidak ada amplop harus uang cash," ujarnya.
"Sudah melekat. Dalam hal ini biasanya keluarga besan, biasanya keluarga besan ke sohibul bait (pemilik rumah) memang begitu. Begitupun sebaliknya khusus besan aja," sambungnya.
Ajib menerangkan dalam prosesi tersebut kedua mempelai menyambut keluarga besan saat berpamitan. Kemudian, jarik tersebut dipegang oleh orang tua masing-masing mempelai dan saudara.
"Jariknya dipegang kedua mempelai, samping-sampingnya itu orang tuanya dan besannya, sama sudara-saudaranya," ujarnya.
"Jadi bersalaman, menyalami tamu mau pamitan sebelum menjatuhkan uangnya," imbuh Ajib.
Ajib mengatakan tradisi tersebut hingga kini masih tetap dipertahankan di wilayahnya Banyumeneng. Ia menyebut hal tersebut merupakan adat dari leluhur yang terkenal dari sisi Islam dan Jawa.
"Semua wilayah Banyumeneng. Banyumeneng itu memang terkenal islaminya sama kultur Jawanya. Kulturnya masih melekat," ujarnya.
"Intinya nguri-nguri. Yo islam, yo Jowo. Ya harus menghormati adat leluhur dulu, katanya begitu," sambungnya.
Besar Nilai Sumbangan
Ia menambahkan nominal uang pemberian tersebut di desa setempat bervariatif sesuai kemampuan. Mulai dari Rp 20 ribu hingga Rp 100 ribu, dan seterusnya.
"Rata-rata itu minimal uangnya Rp 20 ribu. Ekonomi menengah ke bawah itu Rp 20 ribu. Ada juga yang kelas menengah ke atas itu Rp 50 ribu, tapi kalau saya ya Rp 100 ribu, masak jatuhnya Rp 20 ribu ya malu. Kalau merah kan mantep," ujarnya.
"Kalau dulu juga ada Rp 10 ribu, tapi ya seiring berkembangnya situasi kan," sambungnya.
Menurutnya, sumbangan ke pengantin atau pemilik hajat tanpa amplop tersebut murni sebuah sedekah. Yaitu tanpa mengharap imbalan uang tersebut akan dikembalikan.
"Betul (murni sedekah), terutama ke tuan rumahnya," terang Ajib.
"Tapi ya agak aneh, biasanya kan keluarga putri yang mbesan. Keluarga putri yang mantu, berarti yang laki kan besan. Nah sekarang saling sambang. Kadang putrinya mantu, ya lakinya yang besan atau sebaliknya," tutupnya.
Komentar Pedas