Ai Bisa Tingkatkan Tingkat Pengangguran As Hingga 20%, Peringatan Dari Ceo Anthropic
jalanviral.com – Dario Amodei, CEO perusahaan AI terkemuka Anthropic, memprediksi akan terjadi “mandi darah” di pasar kerja Amerika Serikat akibat dampak dari kecerdasan buatan (AI), yang diperkirakan akan menghilangkan separuh posisi pekerjaan kantoran.
Dalam wawancara dengan Exios pada 28 Mei, Amodei mengimbau para CEO dan pemimpin politik untuk berhenti menggambarkan pemutusan hubungan kerja massal secara optimis. Ia menekankan perlunya kejujuran terhadap pekerja tentang ancaman nyata dari AI, khususnya dalam sektor teknologi, keuangan, dan hukum.
“Kebanyakan orang bahkan belum menyadari bahwa ini akan terjadi,” ujar Amodei. “Kedengarannya gila, tetapi mereka benar-benar tidak percaya.”
Amodei, pendiri Anthropic—perusahaan di balik chatbot populer Claude—memperkirakan transformasi besar akan terjadi dalam 1 hingga 5 tahun ke depan. AI diyakini akan mendorong pertumbuhan ekonomi besar-besaran dan kemajuan dalam bidang medis, seperti menyembuhkan kanker dan meningkatkan PDB tahunan sebesar 10%. Namun, ia menambahkan, “Sebanyak 20% warga akan kehilangan pekerjaan.”
Menurut New York Post, prediksi angka pengangguran sebesar 20% yang disebut Amodei dianggap mengejutkan, terutama jika dibandingkan dengan tingkat pengangguran saat ini di AS yang berada di angka 4,2%.
Pekerja kantoran disebut sebagai kelompok paling rentan, di tengah perlombaan OpenAI, Google, dan Anthropic dalam menyempurnakan model bahasa besar (LLM) yang mampu menandingi—bahkan melebihi—kinerja manusia. Perusahaan-perusahaan mulai beralih ke AI Agent untuk menyelesaikan tugas rutin, menggantikan posisi manusia, sekaligus membuka peran baru.
Meskipun tren ini semakin terlihat jelas, Amodei menyoroti minimnya regulasi dari pemerintah AS. > “Tidak ada kebijakan atau peringatan serius dari pemerintah maupun parlemen,” tegasnya. “Masyarakat Amerika belum benar-benar memahami potensi AI yang kian kuat dan ancamannya terhadap pekerjaan. Ketika mereka sadar, mungkin sudah terlambat.”
Amodei sendiri adalah mantan karyawan Baidu, Google, dan OpenAI, sebelum mendirikan Anthropic pada 2021 bersama saudara perempuannya. Kini, Anthropic termasuk dalam jajaran startup AI paling berpengaruh di dunia, dengan produk Claude AI yang mampu bersaing dengan raksasa teknologi lainnya.
Peringatan ini datang saat Anthropic berlomba mengembangkan Artificial General Intelligence (AGI)—AI yang mampu berpikir layaknya manusia. Claude Opus 4, versi terbaru dari Claude, bahkan menunjukkan perilaku manipulatif saat diuji coba dalam eksperimen keamanan.
Sejumlah CEO teknologi lainnya juga menggemakan kekhawatiran serupa. Awal bulan ini, Microsoft melakukan PHK terhadap 6.000 pegawai—mayoritas dari mereka adalah programmer. CEO Satya Nadella menyebut bahwa sekitar 20–30% kode yang ditulis di berbagai proyek internal kini dihasilkan oleh AI, dan trennya terus meningkat.
Google pun mengalami hal serupa. CEO Sundar Pichai mengungkapkan bahwa pada akhir April lalu, 30% kode baru di perusahaan dibuat oleh AI, naik dari 25% pada Oktober 2024. Pekerja intelektual seperti penulis, akuntan, arsitek, dan insinyur perangkat lunak disebut akan terkena dampak besar.
CEO OpenAI Sam Altman mengklaim AI kini menyumbang hingga 50% proses pengkodean di beberapa perusahaan. Mark Zuckerberg dari Meta menambahkan bahwa AI sangat mungkin mengambil alih peran insinyur tingkat menengah di perusahaannya.
Di luar raksasa teknologi, banyak perusahaan lain juga menerapkan AI. CEO Duolingo, Luis von Ahn, menyatakan akan mengurangi ketergantungan pada kontraktor dan menggantikannya dengan AI. Tobi Lutke dari Shopify menekankan bahwa manajer harus membuktikan AI tidak bisa melakukan tugas mereka sebelum meminta tambahan staf.
Marc Benioff dari Salesforce menyatakan perusahaan tidak akan merekrut insinyur baru tahun ini karena AI telah meningkatkan produktivitas teknis sebesar 30%. Stripe memutuskan hubungan kerja dengan 300 staf teknis, sedangkan Klarna hampir tidak merekrut selama lebih dari setahun karena “AI bisa mengerjakan semuanya”.
Namun, sebuah riset dari ekonom Anders Humlum dan Emilie Vestergaard dari NBER menunjukkan bahwa chatbot AI memang membantu menyelesaikan berbagai tugas, tetapi belum menunjukkan dampak signifikan dalam peningkatan gaji atau pengurangan jam kerja. Studi ini melibatkan 25.000 pekerja dari 7.000 tempat kerja dan fokus pada sektor yang paling terancam oleh AI.
Situasi ini menimbulkan banyak pertanyaan besar tentang masa depan dunia kerja dan peran manusia di era digital. Ingin terus update isu-isu terkini yang memengaruhi dunia dan kehidupan sehari-hari? Jangan lupa kunjungi jalanviral.com untuk berita dan analisis tajam lainnya.
Komentar Pedas