Israel Guncang Qatar: Serangan Udara Tak Terduga Hantam Pimpinan Hamas
Tujuan utama yang ditetapkan adalah Khalil al-Hayya, kepala delegasi negosiasi gencatan senjata dan tokoh kunci Hamas di Gaza.
jalanviral.com - Doha, Qatar – Dunia Arab dikejutkan oleh serangan udara dramatis yang dilakukan oleh Israel pada 9 September, menargetkan markas para pemimpin Hamas yang tengah berkumpul di jantung ibu kota Qatar. Serangan ini bukan hanya menggegerkan kawasan Teluk, tetapi juga menandai kali pertama Israel meluncurkan operasi militer langsung ke wilayah negara Arab sekutu Amerika Serikat.

Operasi ini, yang dirancang secara rahasia selama berbulan-bulan, dipimpin oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Badan Keamanan Israel (ISA). Targetnya adalah sebuah kompleks perumahan elite di distrik West Bay Lagoon, tempat di mana para tokoh kunci Hamas dilaporkan rutin mengadakan pertemuan strategis.
Temukan perkembangan terkini dan analisis eksklusif tentang konflik Timur Tengah hanya di jalanviral.com – sumber berita terpercaya untuk isu global paling panas.
Sasaran Utama: Khalil al-Hayya
Menurut laporan Reuters, target utama serangan adalah Khalil al-Hayya, tokoh senior Hamas di Gaza dan ketua delegasi negosiasi gencatan senjata di Doha. Serangan ini terjadi sehari setelah Brigade al-Qassam, sayap militer Hamas, mengklaim bertanggung jawab atas penembakan di Yerusalem yang menewaskan 6 orang.
Dua pejabat Israel mengungkapkan bahwa bangunan yang dihantam telah lama dikenal oleh intelijen Israel sebagai lokasi pertemuan strategis Hamas, bahkan diberi nama sandi “Hari Penghakiman”.
Netanyahu: "Israel Bertanggung Jawab Sepenuhnya"
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu secara terbuka menyatakan bahwa serangan ini adalah aksi sepenuhnya independen dari Israel. “Kami yang merencanakan, kami yang melaksanakan, dan kami yang bertanggung jawab penuh,” tegasnya.
Netanyahu mengatakan keputusan serangan diambil setelah serangkaian insiden mematikan, termasuk penyerangan tank Israel di Gaza yang menewaskan empat tentaranya. Setelah melihat “kesempatan operasional” pada siang hari 9 September, dia dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant langsung memberikan izin kepada IDF untuk meluncurkan operasi tersebut.
15 Jet Tempur, 10 Rudal, 1 Target
Media Israel melaporkan bahwa 15 jet tempur dikerahkan dan menembakkan lebih dari 10 rudal presisi ke satu lokasi yang sama. Misi ini memerlukan pengisian bahan bakar di udara karena jarak serang yang jauh.
Video dari lokasi menunjukkan asap hitam membubung di dekat SPBU Woqod, wilayah Wadi Rawdan, tak jauh dari pusat kota Doha. Saksi mata mendengar dentuman keras bertubi-tubi, membuat warga sipil panik dan melarikan diri.
Sumber militer Israel yang dikutip CNN menyebut bahwa meski operasi ini telah disiapkan berbulan-bulan, eksekusi akhirnya dipercepat hanya dalam beberapa pekan terakhir.
Qatar dan AS: Tidak Diberi Peringatan
Kementerian Luar Negeri Qatar mengutuk serangan tersebut dan menegaskan bahwa Israel tidak pernah memberikan pemberitahuan sebelumnya. Mereka mengetahui informasi itu justru dari seorang pejabat Amerika saat rudal telah menghantam Doha.
Seorang pejabat Qatar juga mengungkap bahwa sehari sebelum serangan, para perwakilan Hamas baru saja bertemu Perdana Menteri Qatar untuk membahas proposal gencatan senjata yang diajukan oleh Presiden Donald Trump. Diskusi lanjutan dijadwalkan berlangsung pada 9 September – hari serangan terjadi.
Hamas: Gagal Membunuh Delegasi, Tapi Kehilangan Anak
Dalam pernyataan resminya, Hamas mengakui lima anggotanya tewas, termasuk putra Khalil al-Hayya. Namun mereka memastikan bahwa para pemimpin utama masih selamat, dan menyebut serangan Israel sebagai upaya “kecut dan gagal” untuk menghabisi delegasi politik mereka.
“Aksi pengecut seperti ini tidak akan menggoyahkan posisi dan tuntutan kami,” ujar juru bicara Hamas, sembari menyatakan bahwa satu-satunya cara damai adalah jika Israel menarik seluruh pasukan dari Gaza dan membuka jalur bantuan tanpa batas.
Netanyahu di sisi lain menegaskan bahwa operasi bisa dihentikan jika Hamas menyerahkan semua sandera, melucuti senjata, dan mendemiliterisasi Gaza – tiga syarat yang secara terbuka ditolak oleh Hamas.
Trump: "Saya Terlambat Menghentikannya"
Mantan Presiden AS Donald Trump menyampaikan penyesalan atas kejadian tersebut. “Saya menganggap Qatar sebagai sahabat Amerika dan menyesal atas lokasi serangan,” ujarnya. Namun, ia tetap menyebut penghancuran Hamas sebagai “tujuan yang layak.”
Kunjungi jalanviral.com untuk melihat kutipan lengkap dari tokoh-tokoh dunia dan dampak diplomatik yang sedang berlangsung.
Konsekuensi Geopolitik: Timur Tengah Memanas
Serangan Israel ke Qatar menciptakan preseden berbahaya: ini adalah kali pertama sebuah negara Arab Teluk diserang secara langsung oleh Tel Aviv. Para analis menilai tindakan ini berisiko memperburuk krisis Gaza dan melemahkan kepercayaan dunia Arab terhadap komitmen keamanan AS.
“Saya tidak heran jika proses perdamaian runtuh total akibat serangan ini,” kata Hasan AlHasan dari International Institute for Strategic Studies (IISS), London.
Menurut Ghaith al-Omari, analis senior dari Washington Institute for Near East Policy: “Seluruh fondasi diplomasi yang dibangun selama ini seketika hancur.”
Bahkan, aksi Israel ini dinilai dapat merusak inisiatif normalisasi hubungan dengan negara-negara Arab Teluk yang selama ini dirintis untuk membendung pengaruh Iran.
Saksikan bagaimana perubahan peta kekuatan Timur Tengah pasca serangan Doha hanya di jalanviral.com, tempat Anda mendapatkan perspektif tajam dan terkini dari kawasan konflik.
Pantau terus laman jalanviral.com untuk laporan mendalam, rekaman eksklusif, dan perkembangan terbaru seputar eskalasi antara Israel, Hamas, dan negara-negara Teluk.
Random image image widget
Komentar Pedas