Kebahagiaan Warga Kamboja Dan Thailand Setelah Gencatan Senjata, Namun Kekhawatiran Masih Menghantui



Thông tin phim


Random image
Perdana Menteri Kamboja Hun Manet (kiri), Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim (tengah), dan Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai (kanan) dalam konferensi pers pada sore hari tanggal 28 Juli.
jalanviral.com - Warga di perbatasan Kamboja dan Thailand menyambut dengan sukacita berita gencatan senjata yang mulai berlaku pada pukul 00.00 tanggal 29 Juli. Namun di balik senyum mereka, masih tersimpan kekhawatiran: akankah perdamaian ini bertahan lama?
Setelah lima hari bentrokan mematikan yang menewaskan sejumlah warga sipil dan memaksa lebih dari 300.000 orang mengungsi, Perdana Menteri Hun Manet dari Kamboja dan Penjabat Perdana Menteri Thailand Phumtham Wechayachai akhirnya sepakat menghentikan tembakan, dalam pertemuan penting di Kuala Lumpur pada 28 Juli. Momen ini menandai perundingan tatap muka pertama sejak konflik meletus pada 24 Juli.
"Saya sangat gembira saat mendengar berita itu. Saya rindu rumah saya. Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata," ujar Phean Neth, 45 tahun, yang kini tinggal di kamp pengungsian di Kamboja.
Di Thailand, Jeanjana Phaphan, 48 tahun, menghitung menit-menit menjelang dimulainya gencatan senjata. Ia mengungsi bersama anak lelakinya yang berusia 3 tahun dari rumah mereka di distrik Phanom Dong Rak. "Jika ini benar-benar berakhir, saya akan sangat bahagia. Ini akan menjadi hal paling membahagiakan dalam hidup saya sejak lama," ungkapnya kepada jalanviral.com.
Jeanjana menambahkan, "Orang-orang di Kamboja sama seperti kami. Mereka hanya petani yang bekerja setiap hari untuk menghidupi keluarganya. Jika konflik terus berlanjut, penderitaan akan menimpa kedua belah pihak."
Sementara itu, Ly Nam, seorang petani berusia 38 tahun di provinsi Oddar Meanchey, menceritakan kondisi sulit yang mereka hadapi meski rumahnya berjarak 40 km dari lokasi konflik. “Kami harus bersembunyi di parit, tanpa cukup makanan dan hidup dalam ketakutan,” katanya.
Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang memimpin pertemuan sebagai Ketua ASEAN 2025, menyebut kesepakatan gencatan senjata ini sebagai "langkah awal yang penting menuju deeskalasi dan pemulihan perdamaian serta keamanan."
Dr. Mustafa Izzuddin, analis senior dari Solaris Strategies Singapore, menilai keberhasilan ini sebagai pencapaian besar ASEAN. “Peran kepemimpinan Malaysia sebagai Ketua ASEAN sangat vital, termasuk dalam menggalang dukungan dari mitra seperti Tiongkok dan Amerika Serikat,” ujarnya.
Namun, tidak semua warga merasa tenang. Tee Samanjai, petani Thailand berusia 68 tahun, tetap cemas. "Kami memang sudah bisa pulang, tapi hati ini masih was-was. Hal pertama yang ingin saya lakukan adalah melihat ayam-ayam saya, memberi pupuk pada sawah, dan merawat ladang," katanya.
Siriwut Wongcharoen, pejabat lokal berusia 59 tahun di provinsi Surin, bahkan belum keluar dari tempat perlindungan. "Saya butuh waktu dua hari lagi untuk benar-benar yakin bahwa semua telah aman," jelasnya.
Ou Virak, pendiri lembaga pemikir Future Forum di Kamboja, menekankan pentingnya membangun perdamaian jangka panjang. "Gencatan senjata bisa dicapai dalam waktu singkat, tapi perdamaian sejati membutuhkan usaha dan waktu. Ketegangan di sepanjang perbatasan mungkin belum benar-benar berakhir," tegasnya dalam wawancara yang juga dikutip oleh jalanviral.com.
Meski pemerintah Thailand mengakui adanya "bentrokan kecil" setelah waktu gencatan senjata, pihak Kamboja menyebut situasi sudah mulai mereda. Pejabat Thailand menyatakan insiden tersebut disebabkan oleh beberapa tentara yang tidak disiplin.
Joanne Lin, peneliti senior di ISEAS–Yusof Ishak Institute, menilai risiko utama dari gencatan senjata ini adalah ketidakpercayaan dan potensi kesalahpahaman di wilayah sengketa. Hal ini diperkuat oleh pandangan Dr. Rahman Yaacob dari Lowy Institute, Australia: "Gencatan senjata bersifat jangka pendek. Yang lebih penting adalah menjaganya tetap berlangsung sambil menyelesaikan masalah sengketa perbatasan."
Situasi ini menjadi pengingat betapa rapuhnya perdamaian di kawasan yang rawan konflik. Untuk informasi terkini dan analisis mendalam seputar kawasan Asia Tenggara dan dinamika regional, kunjungi jalanviral.com, sumber berita terpercaya untuk Anda.


Bỏ Qua Quảng Cáo

Sau 5 giây sẽ có nút "Bỏ Qua Quảng Cáo"

Đang lựa chọn dữ liệu nhanh nhất gần vùng.

Nhập mật khẩu 123 để xem!

X

Komentar Pedas