Wabah Flu Melanda Asia Timur
Jepang dalam Krisis Flu Terburuk
Beberapa negara dan wilayah di Asia Timur tengah menghadapi wabah flu musiman yang paling parah dalam beberapa tahun terakhir. Rumah sakit mengalami kelebihan kapasitas, sementara pasokan obat-obatan semakin langka.
Jepang dalam Krisis Flu Terburuk
Jepang saat ini berjuang menghadapi wabah flu terburuk dalam beberapa dekade terakhir, dengan jumlah kasus mencapai rekor tertinggi sejak tahun 1999. Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Jepang melaporkan sekitar 317.000 kasus positif di lebih dari 5.000 fasilitas medis dalam satu minggu. Rata-rata, terdapat 64,39 pasien per fasilitas, lebih dari dua kali lipat ambang batas peringatan yaitu 30 pasien. Sejak 2 September 2024, total kasus flu di Jepang telah melebihi 6 juta kasus.
Para ahli mengaitkan peningkatan ini dengan mobilitas masyarakat selama musim liburan serta kurangnya paparan terhadap patogen umum akibat pembatasan selama pandemi Covid-19. Faktor-faktor ini diyakini membuat sistem imun masyarakat lebih rentan terhadap serangan virus.
Rumah sakit semakin tertekan akibat kelangkaan obat antivirus utama seperti Tamiflu. Banyak perusahaan farmasi kesulitan memenuhi permintaan yang meningkat drastis, bahkan beberapa pemasok telah menunda distribusi hingga akhir Februari.
Dampak Wabah Flu dan Kematian Aktris Terkenal
Perhatian terhadap wabah flu semakin meningkat setelah kabar meninggalnya aktris Taiwan, Xu Xiyuan, akibat pneumonia terkait flu. Kematian ini menimbulkan kekhawatiran akan dampak serius dari penyakit yang selama ini dianggap ringan, terutama bagi kelompok dengan kondisi kesehatan mendasar.
Otoritas kesehatan Jepang terus mendesak masyarakat untuk menerima vaksinasi, mengingatkan bahwa berbagai strain flu masih dapat menyebar luas. Wisatawan disarankan untuk menerapkan langkah-langkah pencegahan, termasuk mengenakan masker dan memantau kondisi kesehatan mereka.
Korea Selatan Menghadapi Wabah Flu Terbesar Sejak 2016
Korea Selatan juga melaporkan peningkatan kasus flu secara signifikan, terutama di kalangan remaja. Menurut Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), tingkat dugaan kasus flu mencapai 73,9 per 1.000 kunjungan di 300 klinik. Angka ini melonjak 136% dibandingkan akhir tahun lalu yang hanya 31,3 per 1.000 kunjungan.
Kelompok usia 13 hingga 18 tahun menjadi yang paling terdampak dengan 151,3 kasus per 1.000 orang, meningkat 17,6 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun jumlah kasus mulai menurun di awal Februari, angkanya masih jauh di atas ambang batas aman.
Lonjakan Permintaan Vaksin di Taiwan
Kematian Xu Xiyuan juga memicu lonjakan permintaan vaksin di Taiwan. CDC Taiwan melaporkan bahwa sejak 1 Januari hingga 20 Januari, lebih dari 73.000 dosis vaksin yang disediakan pemerintah telah diberikan. Rata-rata, 24.700 suntikan vaksin diberikan setiap hari.
Menurut Tseng Shu-huai, Wakil Direktur CDC Taiwan, hingga awal Februari, stok vaksin flu hanya tersisa 90.000 dosis. Produsen farmasi di seluruh Taiwan berupaya mempercepat distribusi agar pasokan vaksin dapat segera tersedia di fasilitas kesehatan dan pusat imunisasi.
Chang Feng-yee, Ketua Asosiasi Penyakit Menular Taiwan, mengungkapkan bahwa musim flu biasanya mencapai puncaknya di awal tahun. Meski sebagian besar masyarakat telah divaksinasi, kematian Xu Xiyuan meningkatkan kesadaran dan mendorong lebih banyak orang untuk segera menerima vaksin.
Sementara itu, rumah sakit besar di Taiwan mengalami lonjakan pasien pasca liburan Tahun Baru Imlek. Beberapa rumah sakit bahkan melaporkan kapasitas ruang gawat darurat telah melebihi 300%, memberikan tekanan besar pada tenaga medis.
Hong Kong dan Vietnam Tidak Luput dari Wabah
Hong Kong juga mengalami lonjakan kasus flu seiring kembalinya para pelajar dan pekerja dari liburan. Menurut Dr. Edwin Tsui Lok-kin dari Pusat Perlindungan Kesehatan, musim flu tahun ini bisa berlangsung hingga April.
“Banyak warga Hong Kong bepergian ke luar negeri. Ketika kembali, mereka bisa membawa virus dan menyebabkan wabah kecil di sekolah atau tempat kerja,” jelasnya.
Di Vietnam, kasus flu juga meningkat dengan dominasi virus flu A (H1N1, H3N2) dan flu B. Banyak pasien dirawat dengan gejala yang lebih parah, terutama anak-anak, lansia, dan individu dengan penyakit bawaan. Kementerian Kesehatan Vietnam merekomendasikan vaksinasi, penggunaan masker, serta peningkatan kebersihan pribadi untuk mengurangi penyebaran virus. Beberapa daerah mengalami kekurangan sementara obat antivirus, namun pasokan terus diperbarui.
Dalam menghadapi wabah flu yang meluas ini, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti langkah-langkah pencegahan yang dianjurkan. Untuk informasi lebih lanjut dan pembaruan terkait wabah flu di Asia Timur, kunjungi jalanviral.
Komentar Pedas