ALASAN UTAMA DI BALIK DIBATALKANNYA PROYEK RUDAL HIPERSONIK HALO OLEH ANGKATAN LAUT AS



Thông tin phim


 jalanviral.com - Angkatan Laut Amerika Serikat resmi menghentikan pengembangan rudal anti-kapal hipersonik yang dikenal sebagai HALO (Hypersonic Air-Launched Offensive Anti-Surface Weapon). Keputusan ini diambil karena faktor biaya, menyusul langkah serupa oleh Angkatan Udara yang menangguhkan program senjata sejenis.
Random image
Juru bicara Angkatan Laut AS, Ron Flanders, mengonfirmasi pada akhir pekan lalu bahwa pihaknya telah membatalkan undangan tender untuk proyek HALO. Ia mengakui bahwa keterbatasan anggaran membuat proyek ini tidak mungkin diselesaikan tepat waktu.
"Angkatan Laut memutuskan penghentian proyek ini pada pertengahan tahun lalu, setelah melakukan analisis menyeluruh terhadap sektor industri senjata, meninjau tren biaya, serta mempertimbangkan efektivitas program dibandingkan prioritas dan komitmen finansial saat ini," ujar Flanders.
Proyek ini awalnya diberikan kepada dua raksasa pertahanan AS: Lockheed Martin dan Raytheon pada tahun 2023. Meskipun rincian teknis rudal masih dirahasiakan, keduanya diketahui menggunakan teknologi canggih seperti mesin ramjet dan scramjet untuk mencapai kecepatan hipersonik.
HALO rencananya akan dipasang pada jet tempur kapal induk F/A-18E/F Super Hornet pada tahap awal, dan selanjutnya akan diintegrasikan pada peluncur kapal perang maupun kapal selam.
Lockheed Martin dan Raytheon juga terlibat dalam program HAWC (Hypersonic Air-breathing Weapon Concept) yang dijalankan oleh DARPA—badan riset pertahanan AS. Program ini menjadi dasar bagi pengembangan rudal jelajah hipersonik Angkatan Udara AS.
Namun, para analis militer menyebut pembatalan HALO sebagai kemunduran signifikan dalam ambisi Washington untuk mengejar ketertinggalan di bidang senjata hipersonik, terutama setelah ARRW (Air-launched Rapid Response Weapon) milik Angkatan Udara juga dibatalkan akibat serangkaian kegagalan teknis dan kelemahan desain.
Sebagai catatan, senjata hipersonik didefinisikan sebagai rudal yang mampu melaju minimal Mach 5 atau lima kali kecepatan suara—sekitar 6.200 km/jam. Karakteristik seperti kecepatan tinggi, jalur terbang rendah dalam atmosfer, dan kemampuan manuver ekstrem membuatnya sangat sulit dideteksi dan dicegat, bahkan oleh sistem pertahanan udara paling modern sekalipun.
Tak heran jika banyak negara kini berlomba-lomba mengembangkan senjata jenis ini. Rusia telah mengoperasikan beberapa rudal hipersonik dan menggunakannya di medan tempur Ukraina—termasuk Kinzhal dan Zircon. Sementara itu, Cina, India, Korea Utara, dan Iran juga sudah memiliki atau telah sukses melakukan uji coba rudal hipersonik.
Di sisi lain, AS masih tertinggal jauh. Pada tahun 2021, Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal John Hyten, secara terbuka mengakui bahwa negaranya berada di belakang Rusia dan Cina dalam hal teknologi hipersonik.
“Diperlukan waktu bertahun-tahun dan sumber daya luar biasa besar agar Amerika Serikat bisa mengejar dan kembali memimpin di bidang ini,” ungkap Hyten kala itu.
Untuk Anda yang ingin mengetahui lebih banyak seputar isu pertahanan global, perkembangan teknologi militer terkini, dan berita aktual lainnya—kunjungi situs informasi terupdate di jalanviral.com. Jangan lewatkan kabar viral dan pembahasan strategis yang mungkin tak Anda temukan di tempat lain!
Random image image widget


Bỏ Qua Quảng Cáo

Sau 5 giây sẽ có nút "Bỏ Qua Quảng Cáo"

Đang lựa chọn dữ liệu nhanh nhất gần vùng.

Nhập mật khẩu 123 để xem!

X

Komentar Pedas